Rumah Tangga

Mengapa Tak Boleh “Minta” Istri yang Sedang Marah?

Ada kalanya pasangan suami istri terlibat perselisihan. Atau, istri yang marah karena satu dan lain hal. Dalam kondisi semikian, seorang suami disarankan untuk tidak “meminta” istrinya di atas ranjang. Mengapa?

Pertama, bisa jadi karena sedang marah, istri akan menolak. Ia tidak mau melayani suaminya. Jika ini yang terjadi, suami harus kasihan kepada istrinya karena ia bisa masuk dalam ancaman hadits dilaknat malaikat sampai pagi.

إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ أَنْ تَجِىءَ لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ

“Apabila seorang pria mengajak istrinya ke ranjang (untuk berhubungan intim), lantas si istri enggan memenuhinya, maka malaikat akan melaknatnya hingga waktu Shubuh” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Sungguh kasihan jika seorang istri mendapatkan laknat malaikat hingga pagi. Karenanya lebih bijaksana bagi suami jika tidak “meminta” istrinya berhubungan saat ia dalam kondisi marah.

Kedua, kalaupun istri (terpaksa) mau melayani suaminya, kemarahannya yang belum reda akan menjadi kendala tersendiri. Alih-alih mendapatkan kepuasan bersama, bisa jadi yang terjadi justru sebaliknya. Istri dingin dan cenderung menolak secara psikologis.

Selain itu, ada penjelasan menarik dari Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam Zadul Ma’ad bahwa “meminta” istri berhubungan saat ia marah bisa membawa pengaruh negatif pula bagi suami.

“Berhubungan badan dengan wanita yang sedang marah akan melemahkan tubuh dan mengurangi daya vitalitas.”

Lalu Bagaimana?

Jika memang suami sangat berhasrat dan tidak dapat menunda, ia perlu pro aktif meredakan kemarahan istri. Jika istri marah karena dirinya, ia perlu meminta maaf. Suami minta maaf tidaklah merendahkan kedudukannya sebagai pemimpin keluarga. Justru ia akan meningkatkan kemuliaan seorang suami dan menjadi bukti bahwa ia seorang pemimpin yang bisa mengayomi. Jika kemarahan istri telah mereda, barulah pemanasan bisa dimulai.

Cara kedua, redakan kemarahan istri bersamaan dengan pemanasan. Ini terutama untuk kemarahan yang tidak disebabkan oleh suami. Namun tetap pastikan kemarahan istri mereda sebelum masuk dalam poin intinya. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Keluargacinta.com]