Laki-laki yang tak layak dijadikan suami ini dikisahkan oleh seorang wanita Quraisy kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Katanya, “Suamiku bernama Malik (Raja).”
Siapakah Malik?
Lanjut si wanita menuturkan, “Malik jauh lebih baik dari namanya. Dia memiliki unta yang banyak di kandang dan sedikit (unta) di tempat penggembalaannya.”
Pungkas sang wanita sebagaimana dikutip Salim A Fillah dalam Bahagianya Merayakan Cinta, “Jika mendengar suara kafilah menabuh genderang, unta-unta yakin mereka akan disembelih (untuk menjamu kafilah).”
Tipe laki-laki kesepuluh ini kaya. Berharta. Bahkan suka menjamu tamu-tamunya dengan jamuan yang mengesankan. Jika demikian, apakah yang menjadikannya tak layak diterima jika melamar?
Sebab, si wanita tak mengisahkan perangai suaminya saat di rumah, terutama saat berinteraksi dengan istri, anak-anak, dan anggota keluarga lain. Dalam penuturan ini, sang suami hanya dikesankan hebat oleh pandangan luar. Hebat lantaran berharta, memiliki banyak aset, dan tak segan-segan menjamu tamunya dengan jamuan yang terkesan mewah hingga berlebih-lebihan.
Padahal, laki-laki yang merupakan suami ideal adalah mereka yang bagus akhlaknya kepada istri. Dia adalah orang yang paling baik kepada istri, anak-anak, dan anggota keluarga lainnya.
Dia tidak segan menurunkan tangan untuk membantu meringankan istrinya dalam mengerjakan pekerjaan rumahan, bahkan yang terkesan remeh sekalipun. Dia tidak malu mencuci, membenarkan perabot rumah tangga yang rusak, bersih-bersih, sampai pada urusan anak-anak.
Meski sibuk di luar, suami idaman adalah mereka yang bersungguh-sungguh dalam bekerja sama dengan istrinya. Tidak banyak berhitung. Baginya, sang istri adalah kolega yang harus diperlakukan dengan baik dan penuh kesan.
Dia pandai melihat peluang dan celah. Dia bersikap aktif. Penuh pengertian dan suka mengerjakan apa pun. Jika pulang mengupayakan nafkah dalam kondisi badan yang lelah, dia akan menyampaikan kepada istri, bahwa dia butuh rehat.
Dia juga tidak segan meminta maaf, sebab mengetahui bahwa dirinya bukan laki-laki yang sempurna. Dia menerima istri seutuhnya, lantas mengupayakan sebaik-baik kemampuan demi kebaikan keluarga yang telah dijalaninya.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]
1 Comment
Comments are closed.