Inspirasi Pernikahan

11 Tipe Laki-laki Tak Layak Dijadikan Suami (7)

“Saat di rumah,” tutur wanita Quraisy kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, “suamiku seperti daun malu-malu kucing. Tapi jika sudah di luar rumah, (dia) seperti singa dan tidak perlu ditagih (terkait) apa yang sudah dia janjikan.”

Mencari suami ideal memang bukan perbuatan yang mudah. Butuh ketelitian dan perjuangan yang berat. Baik dalam rangka memperbaiki diri sendiri agar layak mendapatkan yang sama baiknya atau lebih baik, sampai pada tahap memastikan apakah laki-laki yang hendak kita terima lamarannya merupakan sosok pemimpin yang layak dan mampu mengantarkan menuju kebaikan di dunia dan kesejahteraan abadi di akhirat.

Sebagaimana suami yang baik, suami yang buruk pun memiliki ciri. Ada hal-hal yang membuat seorang laki-laki tak layak dijadikan pasangan hidup.

“Di rumah, suamiku seperti daun malu-malu kucing..”

Ialah tidak tegas. Takut kepada istri, padahal tindakannya benar. Ia merupakan tipe ‘asal istri senang’, meski dirinya merasa tidak enak hati bahkan menderita kerugian.

Padahal, seorang suami harus tegas. Ia merupakan sosok pemimpin yang-seharusnya-jelas dalam bersikap. Ia harus menjadi yang terdepan dalam banyak hal jika termasuk kebenaran. Ia juga harus menjadi yang paling mula-mula dalam menolak jika di rumahnya ada ketidakbaikkan.

Ketegasan ini hendaknya ada di mana pun, dimulai dari dalam rumah sebagai institusi pendidikan yang pertama bagi suami, istri, anak-anak, dan anggota keluarga lainnya.

“Saat di luar rumah, dia seperti singa.”

Singa merupakan perlambang raja hutan. Meski pemberani, kadang bertindak sewenang-wenang. Nah, suami hendaknya bisa bersikap seberani singa dalam hal keburukan, tapi diiringi kebijakan yang memesona.

Jangan sampai karena dalih pemberani, semua hal diterjang dan ditolak hanya karena tidak sesuai dengan diri dan kepentingannya.

Kabar baiknya, dalam diri laki-laki ini, ada karakter yang baik berupa menepati janji. Ia tidak ingkar. Langsung menepati. Tanpa ditagih. Dia mengingat janjinya dengan sangat baik, lantas segera menunaikannya saat ada kesempatan dan kemampuan.

Jika belum mampu, dia akan mencatatnya hingga mampu menunaiakannya.

Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]