Seorang laki-laki yang tidak layak dijadikan sebagai suami sering kali tidak terlihat secara fisik. Bahkan, ia memesona saat diindra dari luar. Penampilan dan tutur katanya menawan hati, bahasa tubuhnya mampu menarik simpati siapa yang berinteraksi dengannya.
Dalam kelanjutan dialog para wanita Quraisy dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam terkait suaminya, wanita ke sembilan bertutur, “Suamiku rumahnya besar. Pedangnya panjang. Asap dapurnya tidak pernah berhenti. Dan rumahnya dekat dengan gedung musyawarah.”
Jika membaca penuturan wanita Quraisy ini secara sekilas akan terkesan sosok laki-laki idaman banyak wanita. Ia memiliki kemapanan ekonomi hingga rumahnya besar, memiliki pengaruh, suka menjamu tamu, dan memiliki kekuasaan.
Namun, dalam berbagai kondisi, sifat-sifat ini memiliki peluang keburukan yang mungkin terjadi di kemudian hari.
Kemapanan ekonomi yang dibuktikan dengan rumah yang besar akan menjadi masalah jika tidak diiringi ilmu yang mumpuni. Rumah bukan menjadi madrasah dan masjid, tapi bisa jadi serasa kuburan karena tidak pernah dilantunkan al-Qur’an al-Karim di dalamnya. Bahkan, rumah itu bisa menjadi markas perbuatan maksiat dan dosa lantaran ketiadaan ilmu pemiliknya.
Peluang keburukan ini semakin besar saat orang tersebut memiliki pengaruh di lingkungannya. Pengaruh itu bisa saja digunakan di jalan keburukan untuk memobilisasi sebanyak mungkin masyarakat untuk mendukung keburukan yang dia jalankan.
Akan semakin lengkap saat sang kepala keluarga juga berkuasa. Ada jabatan yang dia emban sehingga mudah menaklukan banyak hal yang tak kuasa dikerjakan oleh orang lain di wilayahnya.
Jika laki-laki yang hendak menyampaikan lamaran atau sudah menjadi imam dalam keluarga Anda memiliki sifat seperti ini, hendaknya Anda bersungguh-sungguh agar bisa menjadi sarana datangnya ilmu kepadanya. Agar dia mengetahui kemestian hidup dan memahami apa yang seharusnya dikerjakan.
Karena hanya dengan ilmu yang benar itulah seluruh potensi kebaikan akan bisa dioptimalkan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dalam berbagai jenis ibadah yang wajib dan sunnah. Sebaliknya, tanpa ilmu, semua potensi kebaikan bisa berubah menjadi sebab utama keburukan yang sudah pasti akan membinasakan; cepat atau lambat.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]