Secara naluri, soal ‘ranjang’ setelah menikah ini menjadi satu di antara sekian hal yang sudah diatur secara default. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, persoalan ini akan menjadi sesuatu yang berbeda antara satu pasangan dengan yang lainnya. Apalagi jika pernikahan telah memasuki bilangan cukup lama, kemudian masing-masing pasangan memiliki banyak kesibukan lain di dalam kehidupannya.
Alhasil, ada di antara mereka yang merasa bosan. Meskipun bosan ini manusiawi, andai tidak disikapi dengan tepat, maka perkara ‘ranjang’ ini bisa menjadi soalan yang mengancam kelangsungan ikatan suci bernama pernikahan itu. Apalagi, fakta menunjukkan bahwa masalah ‘ranjang’ menjadi salah satu sebab utama terjadinya perceraian.
Meski kompleks, sejatinya hal ini tidak rumit-rumit amat, dan tidak juga bisa dipandang sambil lalu. Setidaknya, ada dua hal amat penting yang bisa dilakukan agar ‘ranjang’ senantiasa hangat, seberapa pun usia pernikahan Anda.
Suami yang Banyak Mau, Tapi…
Wahai para istri, pahamilah hal penting ini. Seorang laki-laki memiliki sifat terdesak, segera, dan tidak mengenal kompromi terkait ‘ranjang’ ini. Karena itu, dalam banyak riwayatnya, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menasihatkan kepada seorang istri agar bersegera memenuhi kebutuhan pasangannya.
Bahkan, secara tekstual disebutkan ancaman bagi wanita yang menolak ajakan hubungan ‘ranjang’ dari suaminya. Termasuk di dalamnya keharusan bersegera saat suami menginginkan, meskipun sedang berada di dapur, kendaraan, atau sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan lainnya.
Hal ini pula yang menjadi alasan ketika Nabi dijumpai oleh sahabatnya dalam keadaan rambut yang basah. Kemudian beliau menuturkan, baru saja mandi junub. Di antara sebabnya, syahwat beliau bangkit, lalu manusia paling mulia ini mendatangi istrinya untuk memberikan ‘sedekah’.
Di tahap ini, ada nikmat sekaligus ujian. Nikmatnya, bagi istri, ada kerja-kerja ketaatan di dalamnya. Taat dimafhumi sebagai melakukan kebaikan, meski diri memiliki ribuan alasan untuk menolak. Yakinlah satu hal, jika Anda memahami ini sebagai wujud ketaatan kepada suami, insya Allah hasilnya akan positif. Di antaranya, suami akan ridha dengan pelayanan Anda, dan merasa cukup dengan yang halal lagi berkah.
Risikonya, jika Anda sering menolak tanpa alasan yang tak logis, bisa saja baginya untuk melampiaskan kebutuhannya ini kepada orang lain, secara halal ataupun haram. Dan, di sinilah terdapat ujian yang amat besar.
Ujiannya, rupanya karakter ini amat berbeda dengan karakter istri terkait kebutuhan ‘ranjang’. Bagaimanakah sejatinya karakter seorang wanita tentang ibadah khusus ini? Simak selanjutnya di Dua Hal Amat Penting Agar ‘Ranjang’ Anda Selalu Hangat 2. [Pirman/Keluargacinta]