Lanjutan dari 5 Kesalahan Fatal Istri
Ingkari Jasa Suami
Dalam hadits yang masyhur disebutkan bahwa wanita menjadi sebagian besar penghuni neraka. Para sahabat bertanya sebabnya, lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam menjawab, “Karena kalian-para wanita-amat sering melaknat dan mengingkari jasa suami.” (Hr. Imam al-Bukhari dan Imam Muslim Rahimahumallahu Ta’ala)
Ini merupakan karakter. Tapi, bisa disembuhkan jika sungguh-sungguh belajar.
Banyak istri yang karena suami tidak berkata romantis saja langsung berkata, “Sejak menikah sampai memiliki sepuluh anak, dia tidak pernah mengatakan sayang atau ekspresi romantis lainnya!”
Hanya karena suami lupa menjemput sebab ketiduran atau lelah, sang istri bisa dengan mudah berkata, “Kurasa, dari dulu selalu begini. Kamu tidak pernah tepat waktu saat menjemputku, tapi bergegas ketika ada janji dengan orang lain.”
Lantaran lupa mengirim pesan tatkala lembur, si istri amat mudah melontarkan kalimat, “Kamu bisa gak sih izin dulu? Minimal ngabarinlah! Sejak dulu begini. Selalu gak ada kabar. Bikin istri khawatir saja.”
Aduhai… Bersabarlah wahai para istri. Berlapang dadalah wahai para suami.
Ingkari Kebaikan Suami
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi Rahimahullahu Ta’ala, para istri diberi peringatan agar tidak menyakiti suami dengan mengingkari kebaikan yang selama ini dilakukan. Bahkan disebutkan, bidadari yang kelak ditakdirkan menjadi istrinya di surga bertutur, “Jangan engkau menyakitinya! Allah Ta’ala akan murka kepadamu. Seorang suami hanya tamu yang bisa segera berpisah denganmu (untuk kemudian) menuju kepada kami.”
Kadang sebabnya sederhana. Suami memang pendiam. Tidak mudah berkata-kata romantis. Lantas karena satu kekurangan itu, si istri merajuk ke banyak tempat untuk mengadukan persoalannya.
“Suamiku gak romantis! Dia hanya memikirkan kebutuhannya. Dia tidak pernah memperhatikan kebutuhanku untuk menerima kalimat-kalimat yang manis.”
Jadi, satu kekeliruan itu benar-benar bisa menutup semua kebaikan sang suami, termasuk kesungguhannya untuk bekerja menafkahi istri, anak, dan keluarganya.
Meski memang, suami juga harus belajar untuk mengungkapkan. Sebab berkeluarga merupakan kehidupan saling. Bukan egoisme.
Oleh karenanya, para istri hendaknya bisa menempatkan diri. Jangan sampai satu kekeliruan menjadi sebab tertutup bahkan hilangnya ribuan kebaikan yang sudah dilakukan oleh suami kepadanya.
Belajarlah untuk bersikap adil. Jika suami lakukan kesalahan di satu sisi, jangan salahkan sisi lain yang tidak ada kaitannya. Berikan pemakluman atas kekeliruan suami sebagaimana penerimaan dan kebahagiaanmu saat suami melakukan kebaikan.