Pernikahan

9 Kriteria Pasangan Ideal

Ilustrasi pasangan ideal © annamir photography
Ilustrasi pasangan ideal © annamir photography

Keislaman dan kemuliaan akhlak adalah pertimbangan utama dalam memilih pasangan hidup. “Fadhhar bi dzaatid diin,” pesan Rasulullah.

Selain pertimbangan utama tersebut, kriteria lain sebagai tambahan diperbolehkan oleh para ulama. Dan dari hasil polling sejumlah muslim pengguna internet, didapatkan 9 kriteria pasangan ideal berikut ini.

1. Cantik atau Tampan

Cantik atau tampan adalah memiliki anggota tubuh yang normal, tidak zalim terhadap tubuh dan pandai merawat tubuh. Yakni tidak jorok, membersihkan apa yang menjadi hak, dan sebagainya.

Cantik atau tampan sama sekali tidak bisa dinisbahkan kepada artis/aktor mana pun. Sebab, kriteria ini amatlah relatif, tergantung siapa yang menilai.

2. Jago Memasak

Tidak harus menjadi koki untuk jago memasak. Ini hanya soal bagaimana kesungguhan seorang istri dalam menyediakan masakan yang menjadi lambang cinta dan ketulusan kepada pasangan dan anaknya. Tentu, tidak bisa memasak bukan berarti tidak tulus dalam mencintai.

Juga untuk seorang suami, apakah ia punya kemauan untuk belajar, meski ala kadarnya, guna sesekali memberi kejutan kepada istrinya.

3. Bahagia Jika Dipoligami

Mungkin, ini akan menjadi perdebatan. 😀 Apalagi di Indonesia. Yang dimaksud adalah adanya kerelaan untuk membersamai pasangan dalam melakukan perintah Allah Swt dan Rasul-Nya. Termasuk terkait dengan syariat poligami.

Tentu, ini bukan mengada-ada ataupun mempermudah sebuah hukum. Hanya soal bagaimana memandang kelayakan pasangannya dan peluang untuk menjalankannya. Sebab, al-Qur’an juga sudah lama menasehati, “Jika tak mampu adil, satu adalah lebih baik.”

4. Setia dan Bisa Menjaga Kehormatan

Setia berarti membersamai dalam berbagai keadaan. Pasangan yang baik, adalah mereka yang bersama saat pasangannya berada dalam bahagia. Dan, tambah dukungannya ketika pasangannya itu tengah diuji. Bukan mereka yang ada saat suka dan sertamerta pergi ketika pasangannya tengah diuji dalam sengsara.

5. Mujahid/ah

Maknanya bukan hanya mereka yang berada di medan jihad seperti Palestina, Mesir, Suriah, Irak, Afghanistan, Uighur dan seterusnya. Tetapi juga mereka yang senantiasa bersungguh-sungguh dalam memperjuangkan kebaikan di setiap lini.

Mereka juga sosok yang selalu bersemangat dalam ibadah dan amal guna menggapai kehidupan mulia di akhirat dan bahagia di surga.

6. Qona’ah (merasa cukup)

Merasa cukup adalah rela dengan rezeki yang Allah berikan. Ini sama sekali tidak terkait dengan jumlah. Tapi ada pada kerelaan hati yang hubungannya dengan syukur.

Bahwa rezeki, amat mustahil tertukar. Ia akan diberikan kepada orang yang tepat, pada waktu dan cara yang sudah Allah Swt tentukan dengan Kuasa-Nya.

Dalam bahasa jawa, ada sebuah ungkapan Nerimo Ing Pangdum. Yakni kerelaan hati terhadap semua bagian yang Allah swt berikan. Sebab di dalamnya, terdapat hikmah yang amat banyak.

7. Mampu Secara Ekonomi

Sudah menjadi mafhum bahwa berkeluarga adalah sarana untuk menggapai kualitas hidup yang lebih baik. Di antara parameternya adalah tentang pangan, papan dan pakaian. Garis besarnya adalah tentang ekonomi.

Maksudnya, bagi seorang lelaki, tak pantaslah berniat menikahi seorang wanita yang kemudian dikatakan kepadanya, “Mau diajak susah.” Padahal, seharusnya hal itu sudah selesai. Sebab dalam keberislaman kita, faktor ekonomi sangatlah penting diupayakan.
Bukankah tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah?

Namun, dalam sudut pandang seorang wanita, hal ini perlu ditempatkan di urutan prioritas, asalkan jangan dilebih-lebihkan. Sebab yang paling utama adalah; kemauan untuk berupaya menyambut janji Allah swt berupa diturunkannya rezeki yang sama sekali tak ada pembagian dholim di dalamnya.

8. Tidak Pemarah

Rasulullah Saw dalam hadits yang amat populer berpesan, “Jangan marah.” Pesan itu beliau sampaikan tiga kali sebab menunjukkan betapa pentingnya hal itu. Marah adalah perbuatan setan. Ia mudah menjangkiti mereka yang lemah hati dan penjagaan dirinya.

Sebaliknya, secara fitrah, semua orang amat menyukai kelembutan. Dimana sikap itu, jika menghiasi sesuatu, pastilah menjadikannya sebuah kebaikan yang tinggi nilainya.

Penting dicatat, jangan marah tidaklah berlaku pada semua hal. Saat ada aturan Allah Swt dan Rasulullah Saw yang dilanggar, maka marah yang tepat adalah sebuah keharusan.

9. Sederhana

Teladan kesederhanaan, sudah selesai dicontohkan oleh Rasululllah Saw. Meskipun beliau Saw amat bisa meminta kekayaan dan pasti diberikannya oleh Allah Swt, tetapi beliau memilih untuk hidup dalam kesederhanaan yang sulit bahkan tidak mungkin ada tandingannya.

Beliau pernah berniat berpuasa di pagi hari, sebab sepulangnya dari masjid, di rumahnya tidak terdapat makanan. Dalam kali yang lain, selama beberapa hari dapur rumah beliau tidak mengepulkan asap. Sebab memang tak ada masakan mewah. Hanya menyantap kurma kering dan beberapa teguk air.

Banyak lagi kesederhanaan yang beliau berikan. Dimana muaranya, beliau hendak memberi contojh; kesederhanaan amatlah dekat dengan kebahagiaan.

Maka, calon pasangan yang sederhana dalam banyak bidang kehidupan, adalah mutiara yang amat layak untuk diupayakan. Jika esok kita diberi kaya, sikap sederhana bisa membuat diri berlaku rendah hati. Jika sebaliknya, saat dunia ditahan untuk kita, sederhana membuat hati menjadi tenang.

Apakah Anda setuju? Apakah Anda memenuhi 9 kriteria tambahan ini? [Pirman]