Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menikahkan anaknya, Fathimah yang bergelar az-Zahra, dengan anak pamannya, ‘Ali bin Abu Thalib. Sebuah pernikahan agung yang kisahnya senantiasa diteladani oleh sebanyak mungkin manusia hingga akhir zaman. Ibunda ‘Ali yang juga menjadi ibu asuh Nabi sebelum beliau menikah dengan Ummu Khadijah al-Kubra pun menerima menantu shalihahnya ini dengan penerimaan terbaik.
“Fathimah binti Asad,” tutur Syeikh Mahmud al-Mishri, “melakukan tugasnya sebagai ibu kandung dan ibu mertua dengan baik selepas ‘Ali bin Abu Thalib menikahi Fathimah binti Muhammad bin ‘Abdullah.” Bentuknya, “Ia (Fathimah binti Asad) sangat menyayangi menantunya itu.”
“Bahkan,” tutur beliau dalam Shirah Shahabiyah, “Fathimah binti Asad membantu menantunya dalam menyelesaikan tugas rumah tangga.”
Di dalam sebuah riwayat oleh Imam ath-Thabrani sebagaimana dikatakan oleh ‘Ali bin Abu Thalib, Fathimah istrinya mengambil air dan berbelanja, sedangkan Fathimah ibunya membuat tepung dan bubur.
Sungguh, inilah teladan yang sangat mulia. Inilah teladan agung yang kini langka kita dapati. Sebuah keluarga mulia, terjamin surga, rukun, damai, dan selalu menebarkan inspirasi bagi siapa pun yang berkenan mengambil pelajaran dalam kehidupan yang amat singkat ini.
Hendaknya, seorang ibu mertua memang berlaku baik terhadap menantunya. Senantiasa melakukan komunikasi, membagi tugas, dan menceritakan banyak hal tentang anaknya kepada menantunya itu. Pasalnya, kedua insan yang kini bersatu lantaran ikatan suci pernikahan itu, awalnya memang orang asing. Sehingga membutuhkan waktu yang lama dan intens untuk saling mengenal satu dengan lainnya.
Sebelum itu, seorang menantu juga harus berlaku ahsan kepada mertuanya. Hormatilah mertua sebagaimana kalian menghormati orang tua kandungnya. Sadarilah, mertua telah merelakan anak yang amat disayangi untuk berada dalam amanahnya. Bukan hal yang mudah, sebab menyerahkan anak yang amat disayangi kepada sosok yang mulanya asing adalah hal berat untuk dikerjakan.
Bersyukurlah dengan menjaga karunia itu sebaik mungkin. Jalin komunikasi terbaik, dan jangan sekali pun menodai kesucian ikatan dengan pengkhianatan. Rawatlah amanah itu sebaik mungkin. Sayangilah anaknya, hormatilah orang tuanya. Mertuamu, adalah orang tuamu juga. [Pirman/Keluargacinta]