Kondisi ruhani akan memiliki pengaruh yang amat besar dalam menunjang sukses atau gagalnya sebuah pernikahan. Dengan sungguh-sungguh melakukan serangkain amalan yang bisa menguatkan ruhani dan menjadikannya semakin berkualitas, insya Allah tujuan pernikahan sebagai salah satu cara beribadah kepada Allah Ta’ala akan tercapai.
Kehidupan setelah menikah amat jauh berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Ada begitu banyak perubahan terkait status, fisik, kondisi emosional, kejiwaan, tanggung jawab, keungan, dan lain sebagainya. Kehidupan setelah pernikahan lebih dinamis, dan seringkali tidak seperti yang kita pikirkan.
Ketika rumah tangga tengah mengalami bahagia, sumringah, suka, senang, dan banyak rasa kebaikan lainnya, maka hal inilah yang diharapkan oleh seluruh pasangan di muka bumi ini. Akan tetapi, sebagai kesatuan siklus hidup, pernikahan seringkali mengantarkan kita pada episode kehidupan yang serbasalah.
Bahkan, soalan-soalan yang terlihat remeh nan sederhana bisa berubah menjadi pelik dan rumit dalam hitungan detik. Kemudian menggelinding guna menghancurkan ikatan yang disebut dengan perjanjian yang agung ini.
Apalagi seiring bertambahnya usia pernikahan. Ketika harum bunga mulai terbawa angin, saat kemilau cinta mulai terenggut usia, tatkala rindu mulai terkikis lantaran sibuknya aktivitas dan banyak hal lainnya.
Bermula dari timbulnya bosan yang tidak segera dicarikan variasinya, godaan untuk selalu menyalahkan pasangan, enggan mengakui kekurangan diri sehingga malas berbenah, hingga timbulnya masalah yang dibawa oleh pihak lain; keluarga atau bukan.
Akan semakin pelik ketika target yang diniatkan tidak tergapai; lama menikah, yang bertambah hanya anak. Peliknya, anak justru dirasa semakin merepotkan, bukan menjadi penyejuk hati. Ditambah lagi dengan kebutuhan yang terus bertambah, hunian masih ngontrak, motor semakin butut, dan sama sekali jauh dari makna kemakmuran yang diimpikan sebelumnya.
Di tahap inilah godaan untuk menyerah sering timbul. Akhiri segera. Cerai. Semoga ini yang terbaik. Dan segera mendapat ganti yang lebih baik. Bukankah cerai dibolehkan?
Padahal, Allah Ta’ala sedang tunjukkan cinta-Nya dengan memberikan ujian. Maka, di sinilah peran vital ruhani mulai bekerja. Sepelik apa pun soalan rumah tangga, jika ruhani memiliki kualitas yang mengesankan, masalah itu akan semakin mendewasakan, mempererat pelukan, dan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
Sebaliknya, saat ruhani tekor, masalah istri terlambat menyediakan kopi hangat atau teh kental pun bisa memicu perang dingin hingga perang terbuka. Saat ruhani bolong-bolong, suami yang terlambat menjemput satu detik saja bisa menjadi pemicu lahirnya suuzhan, “Sudah bosan ya? Atau, cari-cari opsi untuk dilamar sebagai yang kedua.” [Pirman/Keluargacinta]
1 Comment
Comments are closed.