Menikah dengan perawan, sebagaimana dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, memang memiliki beberapa keutamaan. Selain cintanya yang masih murni hanya kepada Anda seorang, perawan juga bisa diajak bermain-bermain dalam semua maknanya.
Akan tetapi, jangan pernah berniat menikahi perawan hanya karena urusan bercinta dan kecantikan semata. Meski ianya dibolehkan. Pasalnya, jika itu yang menjadi niat utama, cepat atau lambat Anda akan menanggung akibat kurang baiknya.
Derajat hadits Nabi tentang anjuran dan kelebihan perawan pastilah benar. Akan tetapi, riwayat tersebut bukan berada di urutan pertama tentang kriteria calon istri idaman. Ianya ada di urutan setelah anjuran menikahi wanita karena agamanya, agar Anda tidak menyesal kelak di kemudian hari.
Perawan sendiri, sebagaimana manusia pada umumnya, memiliki kualitas yang tak sama. Berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Sama sekali tak bisa disamakan. Apalagi dibayangkan sebagai sosok yang sempurna. Karena, yang tampak bening hanyalah bungkus. Padahal pernikahan jauh lebih rumit dan lengkap dari sekadar urusan bungkus semata.
Sebagian mereka hanya mampu berdandan. Sehingga hanya terlihat bening ketika keluar rumah. Saat di rumah, jangan tanya sebelum membuktikannya sendiri. Mereka menjadi sosok yang malas bersih-bersih rumah atau merapikan pakaian. Pun dengan pekerjaan domestik selayak memasak, menyediakan minuman untuk anggota keluarga yang pulang bepergian, tamu, dan lain sebagainya.
Sebagiannya lagi menduduki derajat yang lebih bawah. Selain tidak bisa melakukan kebaikan apa pun di rumahnya, mereka juga sangat hobi keluyuran. Siang tidak ada di rumah, baru pulang saat malam menjelang. Ketika dinasehati, dalihnya gaul dan globalisasi. Saat dikerasi, mereka justru lebih piawai dalam membentak yang memberi nasihat. Pun jika yang menasehati adalah orang tua kandungnya.
Duh, ini baru dua jenis. Akan sangat panjang jika dituliskan semuanya. Belum lagi yang malas shalat, enggan menghadiri majlis ilmu, dan tidak bisa membaca al-Qur’an. Belum juga yang kerjanya selancar dua puluh empat jam sehingga tak sempat berdzikir. Dan lain sebagainya.
Kesimpulannya, jangan menikah dengan perempuan hanya karena perawannya. Teliti kualitas agama dan praktiknya dalam kehidupan sehari-hari. Tanyakan itu kepada wali, keluarga, dan sahabat-sahabat dekatnya.
Jangan sampai Anda menikahi perawan dalam karung. Repot lagi jika yang Anda nikahi adalah perawan bermasalah. [Pirman/Keluargacinta]