Dalam salah satu khutbahnya di bilangan Sentul Jawa Barat, Ustadz Bachtiar Nasir menyinggung soal suami-suami pengecut. Sosok pemimpin AQL Islamic Center ini memberi saran kepada mereka agar menceraikan istrinya. Hal itu lebih baik daripada seorang suami terus menerus menzhalimi istrinya.
Lantas, siapakah sebenarnya suami-suami pengecut ini?
Keberadaan suami-suami pengecut ini semakin marak di akhir zaman. Bahkan, masih menurut Ustadz Bachtiar Nasir, mereka menjadi salah satu penyumbang terbesar dalam maraknya kasus masalah rumah tangga di negeri ini.
Suami-suami pengecut ini dinisbatkan kepada mereka yang menggantung perasaan istrinya. Bisa jadi, mereka tetap memenuhi kebutuhan materi berupa rumah, makan, kendaraan, pakaian, dan lain sebagainya. Akan tetapi, mereka melalaikan kewajiban lain terhadap istrinya berupa nafkah biologis.
Pasalnya, kondisi fisik dan kesehatan suami-suami pengecut ini prima. Akan tetapi, entah apa sebabnya, mereka mengabaikan hak istrinya untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan intim yang disebut dalam hadits sebagai sedekah seorang suami kepada istrinya, dan sebaliknya.
Kondisi ini akan semakin parah jika berbilang bulan dan tahun. Apalagi, sebagaimana peristiwa yang terjadi di zaman ‘Umar bin Khaththab, seorang istri hanya bisa bertahan untuk tidak disentuh maksimal enam bulan. Selebihnya, seorang suami sudah harus menyentuh dan melaksanakan kewajibannya dengan baik.
Apakah mungkin suami-suami itu tidak bernafsu lagi dengan istrinya? Aduhai, bahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai manusia yang paling piawai menahan nafsu pun pernah mendatangi istrinya di siang bolong lantaran tidak sengaja melihat wanita ajnabi di jalan. Lantas, bagaimana mungkin dengan laki-laki di zaman akhir yang saban hari bisa dengan mudah melihat aurat yang dibuka gratis bahkan bisa didatangkan dengan murah dan mudah melalui perangkat lunak yang tersaji di tangan?
Jika pun tak bernafsu lagi, belajarlah kepada ‘Umar bin Khaththab. Beliau sering ‘memaksa’ diri agar menggauli istrinya demi terlahirnya generasi yang meninggikan nama-nama Allah Ta’ala. Sebab, Khalifah pengganti Abu Bakar ash-Shiddiq ini amat sibuk mengurusi umat, hingga tak punyai banyak waktu untuk bersenang-senang dengan istri-istrinya, meski hal itu dibolehkan baginya.
Karenanya, wahai suami-suami pengecut, jika memang tak berhajat lagi, ceraikan saja istrimu itu. Psikisnya tertekan sebab tak disentuh, sementara kesehatan dan fisikmu bugar. Bukan soal nafsu semata. Di hatinya juga bisa timbul prasangka. Bagi mereka, jima’ bukan sekadar penetrasi. Ada perasaan dibutuhkan yang amat berpengaruh bagi kesehatan fisik, pikiran, dan ruhaninya.
Janganlah berlaku zhalim kepada wanita yang telah bersedia mewakafkan dirinya untukmu itu. [Pirman/Keluargacinta]
4 Comments
Comments are closed.