Tidak ada satu pun orang tua yang menginginkan anaknya menjadi musuh baginya. Akan tetapi, sejarah kehidupan telah mencatat bahwa ada begitu banyak anak-anak yang secara nyata menjadi musuh bagi orang tuanya. Semakin valid, sebab soalan ini telah diberitakan oleh Allah Ta’ala di dalam al-Qur’an al-Karim.
Lantas, seperti apakah anak-anak yang berpotensi menjadi musuh bagi orang tuanya? Semoga kita terhindar dari yang demikian ini.
“Wahai orang-orang yang beriman, sungguh di antara istri-istri dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Dan jika kamu memaafkan dan menyantuni serta mengampuni mereka, maka sungguh Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. at-Taghabun [64]: 14)
Dalam catatan sejarah, anak dan istri Nabi Nuh ‘Alaihis salam adalah musuh bagi Rasul pertama yang hidup selama 950 tahun ini. Beliau berdakwah di pagi, siang, sore, malam, dan di sepanjang waktunya, tapi didurhakai oleh orang-orang terdekat yang dicintainya. Namun, Allah Ta’ala menegaskan bahwa Kan’an bukanlah anaknya karena ia tidak melakukan amal shalih, enggan beriman, bahkan menentang Allah Ta’ala dengan berlaku sombong.
Di kehidupan ini, amat banyak anak-anak yang menjadi musuh bagi ibu dan bapaknya. Lantaran kaya, misalnya, sang anak enggan dan menolak ketika orang tuanya mengajak dan memerintahkannya untuk mendirikan shalat. kata mereka sombong, “Bapak dan ibu rajin shalat aja masih miskin dan gak kaya-kaya!”
Anak-anak lainnya, saat dinasihati supaya tidak berpacaran lantaran melanggar syariat Allah Ta’ala dan Rasul-Nya serta mendekati zina, sang anak yang pandai di kelas dan komunitasnya menolak pongah seraya berkata, “Ah, ibu dulu menikah dengan bapak juga tanpa pacaran. Tapi keluarganya berantakan hingga akhirnya bercerai.”
Anak-anak yang lainnya, sebab kecemerlangan otaknya, dengan pongah menukasi saat diingatkan untuk mengamalkan sunnah, “Dih, cerewet amat sih… Ibadah sunnah juga. Gak tahu apa? Lagi sibuk ngurus ini itu dan ngobrol dengan teman lama.”
Masih banyak lagi fenomena anak yang menjadi musuh bagi bapak dan ibunya. Alih-alih berbakti, mereka menjadi penentang yang nyata karena satu dan lain hal.
Mudah-mudahan Allah Ta’ala menjadikan bagi kita pasangan yang shalih atau shalihah, dan anak-anak yang shalih dan shalihah, penyejuk pandangan, dan mujahid serta mujahidah di jalan Allah Ta’ala. Aamiin. [Pirman/Keluargacinta]