Memiliki anak yang shalih adalah idaman semua orang tua. Akan tetapi, banyak orang tua yang tidak bisa mendidik anak-anaknya hingga menjadi sosok yang membanggakan dari pandangan syariat. Bahkan, banyak orang tua-orang tua shalih yang diuji dengan keberadaan anak-anak durhaka yang menyesakkan hatinya.
Anak-anak yang shalih senantiasa membuat haru. Allah Ta’ala menurunkan mereka sebagai permata hati dan penyejuk pandangan bagi orang tua. Tingkahnya memesona, akhlaknya menawan, ibadahnya mengangumkan, dan aqidahnya pun mantap.
Anak-anak ini dirindukan saat tiada. Dan semakin membuat haru ketika berada di tengah-tengah orang tuanya. Diamnya ketundukan. Bicaranya penuh wibawa. Tidak pernah menuntut. Bersyukur terhadap apa yang ada. Mereka senantiasa melafal nama orang tua dalam doa-doa panjangnya.
Sebaliknya, anak-anak durhaka senantiasa membuat ulah. Tiada kedamaian yang dihadirkan. Bicaranya menyakitkan. Diamnya menyayat hati. Tingkah lakunya senantiasa menyebabkan keonaran. Ciri lainnya, Anda sebagai orang tua akan merasa takut saat berbicara atau menasihatinya.
Ketika orang tua memulai pembicaraan, dia akan mencari sebanyak mungkin kesalahan yang mungkin Anda lakukan. Kesalahan itu juga bukan terkait hal pokok. Hanya berupa hal-hal kecil nan remeh. Alasannya hanya karena tidak sesuai dengan seleranya.
Saat dinasihati, anak-anak ini akan menolak. Mulanya dengan frontal. Berbicara dengan keras. Menukasi sesegera mungkin. Bahkan melontarkan kalimat atau kata-kata kotor yang amat tak pantas.
Alhasil, orang tua benar-benar merasa takut saat akan berbicara dengannya. Apalagi terkait nasihat. Orang tua akan memilih opsi mendoakan, sebab bicara hanya menimbulkan konflik berkepanjangan.
Hendaklah kita memperhatikan anak-anak kita. Apakah kita pernah merasakan kondisi ini? Jika pernah, apalagi sering, segeralah bertaubat. Minta ampunlah kepada Allah Ta’ala. Iringi dengan penyesalan dan komitmen untuk tidak mengulangi kesalahan. Selanjutnya, sibukkan diri dengan amal shalih.
Jangan lupa, perbaiki hubungan Anda kepada orang tua. Sebab, kedurhakaan adakalanya diwariskan; orang tua yang durhaka, kelak didurhakai oleh anak-anaknya.
Terakhir, panjatkan doa kepada Allah Ta’ala di setiap kondisi dan waktu-waktu mustajab. Tiada yang mampu mengubah kondisi selain doa. Allah Ta’ala Mahakuasa untuk membolak-balikkan hati. Amat mudah bagi-Nya untuk mengubah anak yang durhaka menjadi anak shalih nan membanggakan. [Pirman/Keluargacinta]