Kabar bahwa si suami selingkuh ini sudah santer sejak beberapa pekan terakhir. Semakin valid ketika dua orang keluarga si istri mengintai dan mendapati laki-laki tinggi agak gemuk itu berdua dengan wanita lain. Untuk meyakinkan, pengintaian pun dilakukan berkali-kali hingga terbukti kebenarannya.
Saat pengintaian itu, keluarga si istri melihat laki-laki itu tengah berdua, berdekatan, dan bermesraan secara fisik. Innalillahi.
Rupanya, ketika anggota keluarga yang lain melakukan penyelidikan, di ponsel si suami pun terdapat bukti yang akurat; pesan-pesan singkat bernada mesra dan janjian, serta foto-foto yang tak seharusnya ada.
Setelah bukti kuat dan si istri meyakini fakta tersebut, ia pun memberanikan diri berkata kepada suaminya. Katanya tegas bertenaga, “Mas, kalau memang suka dengan wanita lain, nikahi aja. Halal. Gak usah selingkuh. Itu haram dan menjadi sebab dosa serta kemalangan hidup di dunia dan akhirat.”
Meski opsi yang diberikan amat jelas dan menguntungkan baginya sebagai seorang laki-laki yang katanya tak cukup dengan satu istri, si suami malah menolak. Marah-marah sembari membentak dan mengeluarkan kalimat-kalimat kotor.
Uniknya, si laki-laki ini berdalih, mengelak. Berdasarkan versinya, ia sama sekali tidak selingkuh atau main mata dengan wanita yang dituduhkan. “Aku itu,” katanya membela diri dengan nada tinggi, “tidak selingkuh! Aku hanya menolongnya.”
Tatkala ingin dimintai keterangan terkait kalimat ‘aku hanya menolongnya’, si suami pergi tanpa keterangan sambil membawa emosinya. Entah malu atau karena tidak mempunyai jawaban yang valid.
Sahabatku, ini adalah di antara sekian bukti. Begitu banyak umat manusia yang menolak hukum Allah Ta’ala. Padahal, hukum-Nya halal dan menjadi pangkal kebaikan. Sebaliknya, banyak umat manusia yang lebih memilih hukum-hukum lain selain hukum-Nya.
Alhasil, dosa dan maksiat pun merajalela sehingga menyebabkan kehancuran, musibah, bencana, dan berbagai jenis kerusakan di muka bumi.
Soal poligami ini, para wanita pun banyak yang bersikap aneh. Banyak di antara mereka yang menolak, hanya lantaran perasaan. Padahal, jika suaminya memilih jalan selingkuh, sungguhlah hal itu lebih menyakitkan di banding dipoligami.
Bagi sebagian kecil suami dungu, selingkuh menjadi alternatif atas kemalasannya. Bukankah dengan selingkuh ia tak perlu membiayai kehidupan selingkuhannya? Dan saat bosan, ia bisa langsung meninggalkannya tanpa permisi.
Na’udzubillahi min dzalik. [Pirman/Keluargacinta]