Tersebutlah seorang suami yang miskin kata-kata. Meski terkenal ramah dan pandai menyampaikan gagasan di depan kolega kerjanya, suami ini benar-benar tak bisa ungkapkan kalimat manis di depan istrinya.
Sore hingga malam sepulang kerja, suami ini hanya sibuk di depan televisi. Menikmati sajian hiburan, acara talk show kegemaran, hingga mengikuti perkembangan informasi dan hasil pertandingan olahraga berbagai cabangnya.
Ketika pulang, ia hanya berkata, “Aku pulang.” Saat hendak makan, ia menyampaikan, “Aku mau makan.” Saat hendak tidur, ia hanya berujar, “Aku mengantuk.”
Terus seperti itu. Bahkan, ia tak bertanya banyak hal kepada istrinya atau sekadar membicarakan apa yang dia lihat di layar televisi. Benar-benar diam. Bicara seperlunya.
Otomatis, suami ini pun sangat jarang bahkan tidak pernah menggunakan kalimat gombal. ‘Aku cinta padamu’ tidak pernah tersampaikan. Kata ‘Sayang’ nihil dari lisan. Sampaikan ‘Maaf’ juga tidak pernah. Interaksi di rumah itu pun jauh dari makna romantis, bunga, cinta, dan sejenisnya. Benar-benar hambar dari gombal yang dianjurkan.
Terus seperti itu. Hingga masa sepuluh tahun. Tepat di tahun kesebelas pernikahan mereka, si istri mendapati ide brilian. Ide inilah yang kelak membuat suaminya tersadar dari kesalahan yang selama ini diperbuat. Lantaran ide ini, si suami menyadari betapa dirinya telah berbuat zalim sekian lama.
Si istri menyertakan sebuah kaset kepada suaminya yang hendak menuju kantor. “Putar di perjalanan ya,” demikian pesan si istri.
Si suami menurut. Lima, sepuluh menit, hingga habis, tak ada suara. Kosong. Lantas, si suami pun menelpon dan bertanya. Kata si istri, “Dengarkan kaset sebaliknya. Nanti saat perjalanan pulang.”
Menurut, sang suami pun memutarnya ketika pulang. Di mobil. Tunai sampai di rumah, tak ada satu huruf pun yang terdengar dari kaset itu.
Kesal, si suami pun langsung marah-marah kepada istrinya. Di rumah. “Apa maksudmu? Mengapa kau memberikan kaset kosong kepadaku?”
“Aku bisa bersabar tanpa mendengarkan apa pun selama sepuluh tahun ini. Tapi, mengapa engkau marah-marah hanya karena tiada suara yang terdengar dalam masa tiga puluh menit?” kata sang istri.
Wahai para suami, perlakukan istrimu dengan baik. Ajak dia bicara. Dengarkan keluhannya. Muliakan dirinya dengan kerja dan kata. Sebab, jika tak didengarkan, dia akan mencari telinga lainnya. Jika tak diajak bicara, dia akan mencari orang lain yang mau bersuara.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]