Laki-laki ini merupakan bintang di kampusnya kala menjadi mahasiswa. Aktif di organisasi kemahasiswaan, rajin bergabung dalam berbagai proyek dakwah kampus, berprestasi di bidang akademik, dan nyaman dilihat oleh mata. Sempurna.
Setelah lulus dengan nilai membanggakan, laki-laki ini langsung menjadi rebutan perusahaan-perusahaan berkelas. Memilih yang terbaik, ia pun masuk dalam jajaran fres graduate dengan gaji yang melangit. Mengagumkan.
Tak lama setelah itu, ia menikah. Bukan main, istrinya bak bidadari. Sama aktivis kampusnya, saingan dalam memperebutkan nilai-nilai akademis, dan sama-sama menjadi rebutan perusahaan bergengsi untuk dijadikan karyawan. Pasangan serasi. Ikhwan sejati mempersunting akhwat penuh pesona.
Keduanya menikah. Banyak yang berdecak kagum. Doa-doa, sanjung-puji, dan kalimat-kalimat berbunga menyirami kedua insan ini. Amat membuat iri siapa pun yang menyaksikannya.
Keduanya larut dalam perayaan cinta berlimpah berkah. Saling memadu kasih dalam lantunan tasbih penuh makna. Nikmat-nikmat surgawi menjalar di sekujur tubuh, dalam setiap saraf, tiada satu pun jenak yang terlewatkan. Nikmat surgawi.
Setelah si istri resmi mengandung. Ia memilih keluar dari pekerjaannya. Bukan masalah bagi sang suami. Sebab gajinya lebih dari cukup untuk membiayai satu istri, satu anak, dan keluarganya yang lain. Tidak kekurangan.
Hubungan keduanya makin mewangi. Bunga-bunga surgawi menebarkan harum pesona kepada keluarga mungil ini.
Akan tetapi,
Suatu malam terjadilah kejadian yang tak pernah disangka. Si istri menemukan kontak aneh di ponsel suaminya. Tak biasanya, sosok yang terkanal serius ini memberi nama kontaknya dengan nama yang lucu. Didorong penasaran, saat suaminya tengah bersih-bersih badan dengan air hangat sepulang kerja, si istri memberanikan diri membuka pesan dari kontak tersebut.
Banyak pesan-pesan mesra bertebaran. Si istri tak habis pikir. Apalagi, suaminya masih rutin menjaga wirid tilawah al-Qur’an dua juz perhari, mendawamkan doa pagi dan sore, tak pernah lewat puasa sunnah Senin dan Kamis, bahkan senantiasa mengikuti kajian bulanan yang rutin diselenggarakan oleh jamaah kaum Muslimin di wilayahnya.
Dengan bergetar, si istri memberanikan diri melakukan konfirmasi. Tak disangka, laki-lakinya menangis haru di pangkuannya. Tergugu kencang, si suami berkata terbata, “Maaf, Sayang. Aku benar-benar khilaf. Setan menguasaiku.”
Meski sekadar berkirim pesan mesra layaknya suami-istri, dan keduanya belum pernah bersentuhan atau ketemuan sekali pun, selingkuh tetaplah selingkuh. Sebuah tindakan khianat yang dilakukan oleh seorang pasangan kepada pasangannya.
Semoga Allah Ta’ala menjaga rumah tangga kita dari buruknya godaan setan yang terkutuk. Aamiin.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]
5 Comments
Comments are closed.