Kisah pilu ini dimulai dari jarak yang terbentang antara seorang suami dengan istrinya. Padahal, dua insan ini baru saja memadu kasih dalam biduk pernikahan. Sang laki-laki berada di utara sebuah provinsi, sedangkan istrinya berada di ujung selatan. Keduanya bekerja. Sebagai karyawan di sebuah perusahaan.
Jarak yang jauh memaksa sang suami jarang pulang ke kontrakan istrinya. Meski sudah dibujuk oleh pihak keluarga agar berhenti bekerja dan fokus mengurus suami, atau mencari pekerjaan di sekitar tempat kerja sang suami, si istri menolak. Alasannya tidak jelas. Hanya kekhawatiran yang benar-benar dibumbui keraguan.
Sampai akhirnya, salah satu teman kerja sang istri yang merupakan teman satu kampung menemukan sebuah bukti. Mengenaskan. Membuat pilu perasaan dan keluh di seluruh persendian. Wanita itu, rupanya, selingkuh.
Entah alasan laki-lakinya kurang tampan, atau mendesaknya kebutuhan si wanita akan dekapan, kasih sayang, dan kehangatan sepulang kerja, perselingkuhan itu tak bisa dielakkan sebab disponsori oleh setan dan bala tentaranya.
Ditambah dengan tuntutan pekerjaan masing-masing pihak, hingga duduk bersama rasanya amat sukar. Keduanya memilih saling diam. Entah apa yang ada di benak masing-masing.
Kisah lainnya, seorang laki-laki beristri, satu anak. Menjadi pekerja teladan di kantornya, laki-laki yang usianya belum genap tiga puluh tahun ini terlihat memesona di mata atasannya, seorang wanita. Alhasil, dengan kekuasaan dan desakan syahwatnya, sang atasan ini berhasil menjerat laki-laki anak buahnya itu dengan janji-janji moleknya karir.
Lebih memilukan, rupanya sang ibu mendukung perselingkuhan si anak laki-laki pertamanya itu, sebab mendapatkan jatah rupiah, rutin setiap bulannya.
Fenomena ini, dengan berbagai jenis modus dan variannya, sejatinya menjangkiti di setiap lapis kehidupan. Perselingkuhan sangat marak. Banyak sekali kejadian yang membuat kita, seharusnya, melakuan introspeksi diri dalam kaitannya sebagai seorang hamba.
Sebab, apa yang terjadi saat ini, sejatinya sudah diingatkan jauh-jauh hari oleh ulama-ulama kita. Perselingkuhan ini, misalnya, merupakan bagian dari zina. Maka benarlah nasihat Imam Syafi’i bahwa perbuatan zina merupakan dosa yang diturunkan. Tidaklah orang tua melakukan zina, kecuali ada anggota keluarganya yang kelak berzina atau dizinai.
Faktanya, setelah ditelusuri, orang tua dari dua orang dalam kisah di atas, ternyata pernah melakukan zina serupa. Bapaknya juga melakukan perselingkuhan dengan wanita lain yang lebih cantik, lebih kaya, dan lebih menyenangkan dari istrinya. Padahal, ada bahaya dan kengerian yang tersaji di belakangnya.
Ya Allah, lindungilah keluarga kami dari perslingkuhan.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]