Keinginan untuk bercinta itu fitrah. Dialami oleh semua laki-laki dan wanita yang normal. Keinginan ini merupakan naluri paling purba yang disematkan di dalam diri hamba-hamba-Nya yang bernama manusia. Di dalam keinginan yang kerap menggedor-gedor ini, ada ujian yang berat. Maka Islam mengaturnya dengan sangat baik. Tiada aturan soal keinginan bercinta yang lebih agung dari aturan yang dibuat oleh Allah Ta’ala.
Saat naluri bercinta mulai timbul, seorang hamba dihadapkan pada dua opsi. Segera menikah, jika sudah mampu; atau menahan sembari mempersiapkan diri. Jalan mana pun yang dipilih dari dua opsi ini, Islam mengaturnya dengan sangat baik. Soal menahan, misalnya, Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan puasa sebagai sebuah jurus yang sangat ampuh.
Ketika sudah mampu, dan masa berbuka puasa tiba, seorang hamba dianjurkan untuk segera balas dendam, secara positif. Hanya melalui jalur pernikahan syar’i yang lengkap dengan syarat, rukun, sunnah, dan sebagainya. Maka yang pertama kali, setelah niat, adalah ilmu soal pernikahan, bukan hanya persiapan fisik, hiasan, dan hal-hal lain di hari pesta pernikahan.
Malam pertama, umumnya begitu menggoda. Apalagi bagi Anda yang dipertemukan di jalan dakwah, melihat wajah pasangan saja, rasanya sudah tembus ke hati. Saat dilanjutkan dengan sentuhan pertama, seluruh lara semasa melajang serasa hilang, seketika itu juga.
Namun, jangan terburu-buru. Soal buka puasa spesial ini, Islam juga mengaturnya dengan baik. Dan hendaknya, apa yang dilakukan di malam pertama ini dibudayakan, seterusnya hingga Allah Ta’ala memisahkan Anda dan pasangan.
Jangan menunda keinginan suami dalam soal bercinta. Jangan. Bahkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan nasihat, harus dipenuhi, meski sang istri sedang memasak di dapur, atau tengah menempuh perjalanan di atas kendaraan.
Inilah di antara hikmah, mengapa sebaiknya wanita tidak keluar rumah. Jadi, saat tiba-tiba suami pulang di siang bolong dengan wajah memerah dan degup jantung yang tidak teratur, jadilah istri yang cerdas dengan bersiap diri, sesegera mungkin. Kamar rapi, wewangian secukupnya, dan lain sebagainya. Jika sudah punya anak? Siasatilah. Komunikasikan. Gunakan akal untuk berpikir, asal tidak menerobos palang syari’at.
Lepas dikomunikasikan secara verbal atau bahasa tubuh, segeralah ambil wudhu. Sucikan diri. Bercinta itu sakral, dalam Islam. bukan sekadar mengeluarkan yang menumpuk, tapi terdapat pahala di dalamnya. Dengan mengambil wudhu, ada nikmat lain dan aura suci di antara Anda dan pasangan.
Jika sempat, dirikan dua rakaat shalat sunnah muthlak. Lalu mohonlah keberkahan dari Allah Ta’ala. Jika sudah ‘kebelet’, tak usah shalat dua rakaat, yang penting membaca doa sebagaimana disunnahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Jangan sampai lupakan yang terakhir ini! Jika lupa, setan akan ikut bercinta. Na’udzubillah.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]