Disadari atau tidak, suami sering berlaku tidak adil dalam urusan ‘itu’. Suami menuntut istrinya berpenampilan cantik, wangi, dan menarik, tapi dirinya sendiri jarang mandi, mengenakan kaos seadanya, dan bau badan yang tak terjaga.
Dalam hal pemenuhan pun demikian. Suami menghendaki istrinya siap siaga. Kapan saja diajak bersedia. Dimana saja dibutuhkan mau. Dalam keadaan bagaimana pun diinginkan segera bergegas. Para suami kemudian menggunakan banyak dalil, termasuk riwayat yang menyebutkan bahwa istri harus ikuti keinginan suami, meski tengah berada di dapur atau di atas kendaraan.
Sayangnya, tindakan ini tidak dibarengi dengan kesanggupan suami untuk terus-menerus mengajak istrinya untuk beraktivitas layaknya penghuni surga ini. Ada banyak suami yang bersikap zalim; hanya datang saat butuh, lantas pergi tanpa sedikit pun memperhatikan kebutuhan para istrinya.
Padahal, para istri jauh lebih menghajatkan ‘itu’. Para istri lebih menikmati, berlapi-lapis, dan lebih mudah galau jika kebutuhan tersebut tidak dicukupi dalam masa yang lama.
Wahai para suami, dengarlah nasihat agung dari Imam Ibnu Hazm, “Wajib bagi suami untuk menjima’ istrinya minimal sekali setiap masa suci. Jika tidak, dia telah bermaksiat kepada Allah Ta’ala.”
Dengarlah, sudah berapa lama tidak kau sentuh istrimu dengan satu dan lain alasan yang dibuat-buat? Tidakkah engkau berbelas kasih kepadanya? Tidakkah sampai kepadamu nasihat Imam Ibnu Hazm ini? Bahkan engkau telah dihukumi bermaksiat kepada Allah Ta’ala jika tidak memenuhi kewajiban yang hanya bisa dilakukan oleh dirimu kepada istrimu ini.
“Kadang,” tulis Ustadz Salim A. Fillah dalam Bahagianya Merayakan Cinta, “seorang suami tidak menyadari betapa dalamnya kenikmatan yang dirasakan oleh seorang istri dalam jima’. Istrilah yang sebenarnya akan jauh merasakan kegersangan jika terlalu lama tidak mendapatkan bela*an dan usapan lembut suaminya.”
Baca dan simaklah nasihat ini dengan iman, wahai para suami. Jangan diabaikan. Jangan diremehkan. Ini adalah masalah besar. Masalah yang harus segera dikelarkan, hanya dengan mengesampingkan ego di dalam dirimu.
“Penderitaan wanita jauh lebih terasa jika pernah merasakan madunya laki-laki. Terlebih jika dia baru pertama merasakannya.” nasihat Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam ath-Thabhrani, sahabat mulia Abdullah bin Umar berkata, “Kelebihan yang ada antara kenikmatan wanita dan kenikmatan laki-laki bagaikan goresan jarum di debu. Hanya saja, Allah Ta’ala menjaga para wanita dengan perasaan mau.”
Wahai para suami, jika memang sudah tiada cinta, sebaiknya lepaskan saja. Semoga istrimu mendapatkan laki-laki lain yang lebih baik dan mampu menenteramkan hatinya hingga lebih khusyuk dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]