Perempuan ketiga dari kalangan Quraisy berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, “Suamiku sangat cerewet. Jika aku menyampaikan kekurangannya, dia menjatuhkan talak. Jika aku diamkan, ia membiarkan aku terkatung-katung.”
Bukan hanya istri, seorang suami bisa juga memiliki sifat cerewet. Banyak bicara. Mengatakan semua yang dia ketahui. Menceritakan semua yang dia pahami. Tidak melewatkan satu kisah pun, kecuali dia menuturkannya kepada orang lain.
Sebagaimana istri cerewet yang menyebalkan bagi suaminya, begitu juga dengan suami yang cerewet; pasti amat mengesalkan bagi istrinya. Bahkan, sebagaimana tabiat laki-laki yang sering merasa sebagai pemimpin hingga layak berbuat diktator, suami yang cerewet tidak sekadar bercerita, tapi mengomel sepanjang hari untuk memarahi kekeliruan istrinya; meski terlihat kecil dan sederhana.
Maka suami yang cerewet akan menyampaikan seluruh komentar tentang apa yang ia dapati pada istrinya. Beberapa hari bangun kesiangan lantaran kelelahan dikatakan sebagai pemalas; luput merapikan sepatu atau sandal dicap tidak rapi.
Sekali meletakkan pakaian bukan pada tempatnya didakwa semrawut; luput menyisir rambut disebut sebagai awut-awutan; belum mengenakan parfum di malam hari saat dia membutuhkan langsung dijuluki tidak menarik karena malas mengambil hati suami, dan seterusnya.
Tatkala sang istri luput menyediakan minuman hangat kesukaannya lantaran sibuk mengurus keperluan anak dan rumah saat pagi, suami cerewet tak segan memuntakan amarah hingga melontarkan sumpah serapah yang amat tak layak.
Saat diingatkan, suami yang cerewet ini menyampaikan ancaman cerai. Ia menggunakan kemuliaan yang Allah Ta’ala berikan dengan sewenang-wenang hingga menakut-nakuti wanita yang seharusnya dia jamin ketenangan dan kenyamanannya sepanjang hidup.
Parahnya, ketika didiamkan, ia merasa telah berlaku baik sehingga tidak perlu berbuat apa-apa untuk istrinya. Dianggurin. Tidak dinafkahi. Tidak diberikan haknya. Tidak pula diberi ketegasan. Digantung tanpa kepastian yang melegakan.
Saat Anda mendapati suami bersikap demikian, hendaknya segera mencari solusi terbaik dengan menghadirkan pihak ketiga sembari mengoptimalkan doa kepada Allah Ta’ala.
Hadirkan pihak ketiga yang dihormati oleh suami, tapi bisa tetap bersikap adil sebagaimana mestinya. Hindari menghadirkan saksi dari kalangan yang memungkinkan untuk memihak salah satunya.
Wallahu a’lam. [Pirman/keluargacinta]