Dakwah tak bisa dipisahkan dari keluarga. Seorang dai yang sukses ialah mereka yang mendakwahi diri dan keluarga seiring dengan mendakwahi masyarakat. Mereka mendakwahi diri, keluarga, dan masyarakat sepanjang hayat hingga Allah Ta’ala menjemputnya.
Inilah di antara tema penting yang diusung oleh Wahdah Islamiyah dalam Tabligh Akbar Sejuta Cinta untuk Indonesia di Masjid Istiqlal Jakarta Pusat, Ahad, 17 Juli 2016 lalu. Terkait dakwah keluarga ini disampaikan langsung oleh ustadz Muh. Zaitun Rasmin selaku pimpinan Wahdah Islamiyah.
Sebagai pembicara akhir, sosok berkumis agak tebal ini menyampaikan salah satu kisah terkait keluarga. Ketika kisah ini kelar dituturkan, hadirin yang memadati lantai utama hingga lantai empat Masjid Istiqlal, hampir seluruhnya tertawa.
Tersebutlah seorang pemuka masyarakat di sebuah daerah antah berantah. Hari itu, dia mengunjungi salah seorang menteri di negeri tempatnya tinggal. Ia disambut dengan amat baik oleh sang menteri. Keduanya berdiskusi amat hangat dan seru.
Di tengah-tengah diskusi asyiknya itu, sang menteri izin sejenak. Menerima telepon. Sang pemuka masyarakat memberi izin, dia mendengar perbincangan antara sang menteri dengan sosok di balik telepon.
Usai menerima telepon, sang pemuka masyarakat bertanya, “Maaf, siapakah menghubungi Bapak?”
“Memangnya kenapa, Pak?” tanya menteri.
“Saya mendengar. Betapa Bapak berkata amat manis dan mesra kepadanya.” lanjut pemuka masyarakat.
“Oya, benar. Saya biasa melakukannya.” jawab sang menteri. Datar.
“Bukankah perkataan semesra dan semanis itu hanya disampaikan oleh seseorang kepada selingkuhannya?” kejar sang tokoh.
“Oh…,saya tadi berbicara dengan istri. Saya terbiasa mengungkapkan cinta dan mengadakan perayaan-perayaan kecil atas nama cinta, untuk membuat cinta di antara kami semakin bertumbuh.” jelas sang menteri.
“O… benarkah Bapak berbincang dengan istri?” tanya sang tokoh. Semakin penasaran.
“Benar. Saya berbincang dengan istri saya.” pungkas sang menteri meyakinkan.
Sang tokoh pun percaya. Dia pamit, tak lama setelah perbincangan tersebut.
Setelah melangkah beberapa ratus meter dari kantor sang menteri, sang tokoh masyarakat ini berinisiatif mengambil telepon genggamnya. Dia menghubungi nomor istrinya.
Tak lama setelah terhubung, sang tokoh pun mengatakan apa yang dikatakan oleh sang menteri kepada istrinya.
Kata sang tokoh kepada istrinya, “Sayang, aku mencintaimu.”
Sayangnya, sang istri menjawab ketus sembari menutup teleponnya. Katanya, “Anda salah sambung!”
Bisajadi, sang tokoh masyarakat tak pernah mengungkapkan perasaan cintanya hingga sang istri menjawab demikian.
Kepada para suami, sudahkah hari ini Anda mengatakan sayang kepada istri(istri) Anda? 😀
Wallahu a’lam. [Pirman/keluargacinta]