Banyak sekali pemuda yang enggan menikah karena mengkhawatirkan rezeki. Mereka mengumpulkan berbagai dalih kemelaratan hingga benar-benar menangguhkan ibadah yang seharusnya disegerakan.
Semua dalih dikeluarkan; baru lulus kuliah, belum menemukan pekerjaan yang tetap, banyaknya amanah keluarga, ketakutan akan besarnya pengeluaran zaman ini, sampai dalih-dalih lain yang sebenarnya dipaksakan.
Kondisi ini diperparah dengan kualitas perempuan yang makin menurun drastis. Banyak di antara mereka yang menolak lamaran seorang laki-laki hanya karena urusah pekerjaan. Banyak di antara mereka mensyaratkan ‘pekerjaan tetap’ kepada laki-laki yang datang melamar. Semakin miris sebab predikat itu juga disyaratkan bagi laki-laki yang secara kualitas termasuk sosok shalih yang bagus agama dan akhlaknya.
Semua fenomena ini terjadi sebagai efek tuanya zaman. Banyak orang yang hanya menjadikan Islam sebagai identitas, tapi luput mengamalkan. Islam hanya dijadikan simbol, bukan pedoman. Islam hanya dijadikan kedok, bukan identitas diri.
Pasalnya, jika Islam benar-benar dipelajari, dihayati, dan diamalkan maka persoalan pekerjaan ini tidak pernah dijadikan alasan utama untuk menunda pernikahan.
Apalagi, Allah Ta’ala telah menegaskan di dalam salah satu ayat-Nya, “Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Qs. an-Nur [24]: 32)
Jika Islam seseorang benar, mungkinkah ia takut menikah karena miskin padahal Allah Ta’ala yang menjamin kekayaan baginya?
Jika Islam benar-benar dijadikan rujukan, tidakkah ia mengamini ucapan Nabi bahwa orang terkaya adalah mereka yang memiliki istri, baju dan makanan untuk hari ini?
Selain ayat dan hadits, ada begitu banyak bukti bahwa menikah menjadi jalan pembuka rezeki. Ada begitu banyak pemuda-pemuda yang ‘nekat’ menikah demi menjaga diri dari zina, lalu Allah Ta’ala berikan pekerjaan yang menawan dan rezeki yang menakjubkan baginya. Padahal saat lajang, dia merupakan seorang pengangguran akut.
Maka segeralah perbaiki pemahaman yang muaranya ada di hati. Pelajari Islam dengan baik. Jadikan ia pedoman hidup. Kuatkan tekad untuk mengamalkannya.
Sebab jika sejak lahir saja Allah Ta’ala sudah karuniakan rezeki kepada kita, mengapa menjadi ragu soal rezeki setelah menikah, padahal kita menikah karena perintah Allah Ta’ala dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam?
Dan jika sudah menikah namun tetap miskin, maka perbaikilah niat, ikhtiar, dan ibadah. Jangan terburu-buru menikah lagi!
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]