Orang tua adalah surga atau neraka bagi seorang anak. Jika seorang anak sanggup berbakti kepada orang tua saat keduanya masih hidup atau setelah meninggal dunia, maka baginya surga yang agung. Dan siapa yang tidak bisa berbakti kepada kedua orang tuanya, maka baginya neraka yang amat berat dan pedih siksanya.
Banyak sekali ayat al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam yang menyebutkan tentang keutamaan berbakti kepada kedua orang tua. Bahkan, ayat-ayat al-Qur’an terkait berbakti kepada kedua orang tua diletakkan satu derajat setelah beriman kepada Allah Ta’ala.
Berbakti kepada kedua orang tua juga menduduki derajat yang sangat agung. Amal ini termasuk dalam jajaran amal shalih yang paling utama, setara dengan jihad di jalan Allah Ta’ala, menuntut ilmu, dan lain sebagainya.
Sebaliknya, larangan berbuat durhaka sangat ditekankan di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Bahkan, al-Qur’an secara jelas melarang seorang anak yang ‘hanya’ berkata ‘ah’ kepada kedua orang tuanya.
Ayah dan ibu sejajar dalam hak mendapatkan bakti dari seorang anak. Tidaklah seorang anak disebut berbakti jika hanya berbuat baik kepada salah satu dan durhaka kepada yang lainnya.
Meski demikian, disebutkan dalam satu riwayat yang masyhur dan disepakati keshahihannya, ibu menduduki peringkat yang lebih utama. Tiga bagian untuk bakti kepada ibu, barulah satu bagian untuk ayah. Tentu, ini bukan dalil bolehnya kurang berbakti kepada ayah atau dibolehkannya ‘meremehkan’ ayah dalam berbagai tindakan.
Masih dalam kaitannya berbakti kepada kedua orang tua, ada satu hadits yang dikutip oleh Ustadz Salim A. Fillah dalam buku Bahagianya Merayakan Cinta. Dai muda asal Yogyakarta ini mengutip hadits riwayat Imam al-Baihaqi di dalam kitab Syu’abul Iman.
Disebutkan di sana, ada cara-cara yang bisa ditempuh saat memandang wajah orang tua hingga seorang anak layak mendapatkan pahala setara haji mabrur. Masya Allah…
“Tiadalah seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tua, kemudian dia memandang wajah orang tuanya dengan perasaan penuh kasih, kecuali Allah Ta’ala menuliskan pahala haji mabrur baginya dalam setiap kali pandang.” tutur Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dari sahabat mulia ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu.
“Ya Rasulullah, bagaimana jika anak itu memandang seratus kali dalam sehari kepada kedua orang tuanya?” tanya ‘Abdullah bin ‘Abbas.
“Tentu saja pahalanya lebih agung, sebab Allah Ta’ala Mahaagung lagi Mahabaik.” pungkas Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.
Yang tak kalah pentingnya, termasuk dalam makna orang tua adalah ayah atau ibu mertua kita. Jadi, keduanya merupakan ladang pahala. Berhubunganlah dengan mereka secara makruf.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]
*Pesan buku Bahagianya Merayakan Cinta tulisan Ustadz Salim A. Fillah di 085691479667 (SMS/WA/Line/Telegram)