Adakah seorang suami yang tidak pernah marah kepada istrinya? Siapakah istri yang tidak pernah merasakan luapan kemarahan suaminya?
Marah dalam rumah tangga merupakan episode yang sukar dihindari. Selain faktor perbedaan fisik, psikis, latar belakang keluarga, kebiasaan, seorang suami memiliki kecenderungan lebih mudah marah dibanding istrinya karena faktor jenis kelamin dan kepemimpinan.
Jika Anda seorang bos atau atasan, bukankah lebih mudah marah kepada bawahan atau klien yang kedudukan bisnisnya setara?
Sebaliknya, saat Anda hanya karyawan bawahan atau pegawai yang dianggap rendahan, bagaimana mungkin akan marah kepada atasan meski Anda ditindas?
Seorang suami, dominan menumpahkan kemarahan kepada sang istri ketika ia merasa sebagai bos atau atasan. Ketika perasaan itu tidak diimbangi dengan ilmu yang memadai, seorang suami akan sangat mudah terpantik emosinya, meski pemicunya amat sangat sederhana bahkan sepele.
Jika suami Anda berada di tipe ini, sebaiknya segera dilakukan upaya pendidikan yang optimal untuk memperbaiki pola pikir suami. Bahwa ia bukan bos atau atasan, melainkan pemimpin yang harus mengarahkan istri menuju kehidupan yang lebih baik, bukan hanya marah-marah tanpa alasan yang akibatnya hanya keburukan berkelanjutan yang kian bertambah-tambah.
Yang paling mudah, ajak suami Anda untuk menghadiri kajian keislaman agar sikapnya kepada diri, pasangan, dan sesama menjadi lebih baik.
Suami juga bisa marah ketika ada ‘jatahnya’ yang belum terpenuhi. Ketika tiba-tiba suami Anda melontarkan kalimat dengan nada ketus padahal sebelumnya berbicara santai dengan Anda dan anak-anak, coba berpikir sederhana, “Kapan terakhir kali Anda menyediakan makanan untuk suami?”
Suami bisa jadi-dan sering-tiba-tiba marah karena ia merasa lapar. Lapar merupakan sifat asasi dalam setiap makhluk, manusia dan binatang juga tumbuh-tumbuhan. Sifat ini pula yang menjadi pemicu kekacauan di banyak bidang kehidupan, meski sumber konfliknya hanya uang seribu rupiah.
Jika suami Anda marah karena lapar, sigaplah dengan menyediakan makanan kesukaannya dalam tempo sesingkat-singkatnya, meski amat sederhana.
Suami juga bisa marah karena ‘jatahnya’ yang lain belum terpenuhi. Ketika pada suatu hari, suami Anda yang biasanya lembut dan santun tiba-tiba marah tanpa sebab dan berkali-kali dalam sehari, cobalah mengingat-ingat dengan baik, “Kapan terakhir kali Anda ‘melayaninya’?”
Kebutuhan biologis yang tertahan dalam waktu yang lama berpeluang menambah beban psikologis. Bahkan, jika sudah berpekan-pekan suami tidak ‘dilayani’, suhu badannya akan meninggi karena ada cairan yang tertimbun di dalam dirinya.
Jika ternyata Anda baru saja suci dari datang bulan dan suami belum ‘dilayani’, wajar jika ia marah-marah tanpa alasan yang jelas.
Segeralah laksanakan tugas. Sebab banyak suami yang malu-malu. Meskipun ada juga suami yang terbuka, baik dengan bahasa sandi khusus antara Anda berdua atau yang tak malu-malu berkata, “Say, ‘tidur’ yuk.” [Keluargacinta]