Seorang bijak pernah bertutur, “Siapa yang naik panggung tanpa persiapan, ia akan menanggung malu saat menuruninya.”
Jika sebuah presentasi selama satu jam di kampus atau perusahaan tempat Anda bekerja saja membutuhkan persiapan yang matang dan paripurna, pernikahan yang Anda jalani sepanjang sisa hidup tentu membutuhkan persiapan yang lebih lama dan menyeluruh.
Seorang professional di bidangnya masing-masing membutuhkan durasi yang lama secara berulang kali agar apa yang dikerjakan di kemudian hari mendapatkan keberhasilan yang gemilang.
Tak jarang, kita dapati kabar pemecatan seorang profesional di bidang olahraga, misalnya, karena ia jarang berlatih. Sang pelatih tidak menyukai atletnya malas berlatih. Selain menjadi sebab utama kegagalan, malas berlatih bisa menular ke pemain lain.
***
Maraknya kegagalan dalam rumah tangga dengan berbagai pemicunya, sejatinya bermula dari kurang atau tiadanya persiapan dalam diri masing-masing individu. Seorang laki-laki luput mencari bekal sebagai seorang suami dan ayah. Si perempuan juga tidak melakukan serangkaian persiapan sebagai istri dan ibu.
Sebaliknya, persiapan yang memadai dan tepat serta berkesinambungan menjadi solusi yang ampuh bagi keberlangsungan sebuah rumah tangga hingga mendapatkan kebahagiaan. Minimal, rumah tangga akan menuju pada perbaikan berkesinambungan hingga maut memisahkan suami-istri di dunia, lalu kembali berkumpul di surga-Nya.
Apa saja yang harus dilakukan sebagai persiapan sebelum seseorang memasuki gerbang misteri penuh liku bernama rumah tangga?
Sejak kapan persiapan itu dimulai, dan apakah berakhir setelah seseorang resmi menjadi suami atau istri?
Bagaimana mempersiapkan pernikahan dan rumah tangga secara efektif nan sederhana, karena persiapan yang rumit justru membuat seseorang makin malas untuk menatap kehidupan bernama rumah tangga dan dijadikan dalih persiapan diri padahal ia sedang berlama-lama tanpa arah yang jelas?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut, insya Allah, akan dibahas dalam empat tulisan mendatang. Dimulai dari persiapan paling penting dan paling sering dilupakan, diikuti persiapan lain yang sama pentingnya namun sering salah dipahami.
Bahwa pernikahan merupakan kehidupan penuh misteri. Banyak hal tak terduga yang harus dihadapi dan sering kali menguras seluruh potensi yang dimiliki.
Menjadi sangat penting karena menikah bukan percobaan. Jika dalam sebuah pertandingan Anda boleh kalah dengan alasan mencoba lagi di kemudian hari, tidak demikian dengan pernikahan.
Mustahil ada orang yang ingin menikah berulang kali dengan alasan perbaikan. Pasalnya, gagalnya satu pernikahan cukup menjadi pelajaran penting dan tak jarang melahirkan trauma dalam diri seorang individu, entah sebagai suami atau istri. [Keluargacinta]