Menjadikan rumah tangga serasa surga adalah impian semua orang beriman. Rumah menjadi inti kenikmatan yang mendamaikan. Rumah menjadi idaman bagi seluruh anggotanya untuk berlama-lama berinteraksi dengan hati yang lapang dan bahagia.
Sayangnya, impian kebanyakan orang untuk bahagia sering hanya menjadi khayalan. Jauh panggang dari api. Buktinya, kasus perceraian kian marak. Hubungan suami-istri dan seluruh anggota keluarga tidak harmonis hingga rumah tangga harus kandas di tengah amuk perceraian.
Suami-istri berpisah, anak-anak terlantar. Jika pun secara materi tercukupi, ada luka di pikiran dan hatinya. Ada psikologis yang terganggu.
Karenanya, menjadikan rumah tangga serasa surga sangat penting. Para pasangan harus memiliki ilmu yang cukup hingga rumah tangga yang mereka bangun benar-benar mendamaikan, menenteramkan, dan mengundang rindu kala tak bertemu dalam beberapa jenak masa.
Salah satu cara yang bisa digapai agar rumah tangga serasa surga, agar kita bisa mencicipi surga di rumah tangga yang dibangun, adalah dengan melakukan amalan yang telah digariskan oleh Al-Qur’an Al-Karim.
Di surga, orang-orang beriman tidak mendengarkan kalimat yang sia-sia dan berpeluang menimbulkan dosa (Qs. Al-Waqi’ah [56]: 25), mereka juga tidak mendengarkan perkataan yang sia-sia (Qs. Al-Ghasyiyah [88]: 11) dan tidak menyimak perkataan pemicu dusta (Qs. An-Naba’ [78]: 35).
Di surga, tak ada perkataan yang sia-sia. Tak ada kalimat yang berpeluang menjadi pemicu dosa. Tidak didengar pernayataan-pernyataan bohong atau dusta.
Di surga, orang-orang hanya mendengarkan kalimat yang bermakna ucapan selamat, doa kesejahteraan, kalimat yang menyejukkan, menenteramkan hati, dan pernyataan yang menjadikan penghuninya bersemangat untuk melakukan amal-amal kebaikan.
Sedikit berupaya dan bereksperimen, satu bagian inilah yang amat mungkin diamalkan di rumah tangga yang kita bangun. Kerjakan apa yang menjadi anjurannya. Jauhi dan tinggalkan apa yang dilarang. Jangan sekali-kali didekati, apalagi dikerjakan.
Sampaikan kabar gembira ini kepada istri-istri, anak-anak, dan anggota keluarga yang lain. Lalu buatlah kesepakatan yang paling sederhana; ucapkan salam saat masuk dan keluar rumah sembari berdoa dengan kalimat basmalah.
Selanjutnya, biasakan menggunakan rumah untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Gunakan rumah untuk berdzikir, membaca subhanallah, alhamdulillah, Allahu Akbar, dan kalimat thayyibah lainnya.
Gunakan rumah untuk menikmati bacaan Al-Qur’an. Sebab malaikat akan masuk ke dalamnya, dan setan pasti keluar dari dalamnya. Gunakan rumah untuk mendirikan shalat-shalat sunnah, majlis ta’lim, aksi sosial kemasyarakatan, dan sebagainya.
Sebaliknya, jangan biarkan kebiasaan buruk terjadi di dalam rumah kita. Hindari perlahan-lahan kalimat yang kasar. Jangan sampai ada teriakan. Berbisik-bisiklah ketika berkata dua orang saja. Gunakan suara ala kadarnya ketika berdiskusi atau ngobrol santai dengan anggota keluarga lainnya.
Konon disebutkan, orang yang marah memang tak bisa menggunakan kalimat yang lembut. Orang yang marah pasti melontarkan kalimat-kalimat yang kasar. Sebab, marah tempatnya di neraka. Sedangkan surga yang dihadiahkan kepada orang-orang beriman tak mengenal teriakan apalagi kalimat kasar.
Berbisiklah saat berdua dengan pasangan. Berkata lembutlah kepada seluruh anggota keluarga. Terus menerus. Jangan pernah berhenti. Insya Allah, rumah tangga kita akan serasa surga.
Hanya serasa. Hanya mencicipi.
Sebab kenikmatan surga jauh lebih nikmat dari itu. Nikmat surga benar-benar tak terbayang oleh pikiran, belum pernah dilihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga, dan benar-benar belum dirasakan oleh seluruh panca indra.
Benar-benar nikmat yang penuh kejutan. [Mbah Pirman/Keluargacinta]