Tanpa hashtag, nama Bu Dendy menjadi trending topic pertama di Twitter hari ini. Mungkin Anda akan penasaran, siapa Bu Dendy. Saya pun begitu.
Setelah mengklik topic itu, keluarlah beragam twit. Pangkalnya adalah video berdurasi sekitar dua menit. Seorang perempuan berkerudung merah duduk terdiam saat Bu Dendy memarahinya lalu melemparinya dengan uang ratusan ribu dan lima puluhan ribu. Dalam video itu terungkap, Bu Dendy marah karena perempuan itu “merebut” suaminya.
Kita tidak ingin turut campur dalam masalah Bu Dendy, namun ada banyak pelajaran berharga dari video yang telah tersebar ke berbagai penjuru Indonesia dan menghebohkan dunia maya.
1. Tidak ada rumah tangga yang sempurna
Suami tampan dan istri cantik bukan jaminan kebal dari perselingkuhan. Kekayaan juga bukan jaminan. Bahkan yang kelihatan sudah harmonis sekalipun.
Pendek kata, tidak ada rumah tangga yang sempurna. Jangan sampai kita merasa paling kuat lalu takabur bahwa tidak mungkin ada masalah dalam rumah tangga. Kita perlu menyadari bahwa yang bisa mengokohkan keluarga kita hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Berdoa dan menggantungkan diri kepada Allah
Karenanya, kita perlu banyak berdoa kepada Allah. Hanya Dialah Yang mampu menjaga keluarga kita. Dialah yang menggenggam hati-hati kita. Dia pula yang menggenggam hati pasangan hidup kita.
Hanya Dialah yang kuasa menghadirkan imunitas kepada suami kita saat ada godaan yang kita tidak bisa menjangkaunya. Hanya Dia yang kuasa menjadikan belahan jiwa kita setia selamanya.
3. Lebih mendekat kepadaNya
Tak hanya menguatkan doa, kita juga perlu meningkatkan taqarrub kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semakin dekat padaNya, semakin dia mencintai kita. Salah satu anugerahnya, Allah akan menjaga keluarga kita.
Jika kita membaca sejarah para Nabi, memang ada yang pasangan hidupnya durhaka. Tidak mau beriman. Namun tidak ada satu pun Nabi yang istrinya selingkuh. Allah menjaga kehormatan keluarga orang-orang yang dicintaiNya.
4. Hindari khalwat (berduaan dengan non mahram)
Dalam rangka menjaga hati dan kehormatan, Islam memberikan rambu-rambu dalam interaksi dengan lawan jenis. Untuk menjaga kokohnya keluarga, komitmen ini harus dijalankan oleh kedua pihak; suami dan istri. Salah satunya, hindari khalwat (berduaan dengan non mahram).
Mungkin ada yang berdalih, “ah nggak apa-apa itu kan teman saya sendiri.” Justru kalau kita belajar dari kasus Bu Dendy, pihak ketiga adalah temannya sendiri.
Bahkan Islam melarang laki-laki berduaan dengan saudari ipar sekalipun. Tentu juga berlaku sebaliknya bagi perempuan.
5. Hindari khalwat virtual
Di zaman now, hal ini sangat mudah terjadi. “Aneh ya, mereka nggak pernah kelihatan berdua kok sampai bisa selingkuh kayak gitu?” Ternyata, awalnya dimulai dari berduaan secara virtual. Japri via WA, Facebook atau sejenisnya. Awalnya mungkin hanya saling sapa dan tanya kabar. Lama-lama bisa terjerat perangkap syetan.
Rasulullah mengingatkan, “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita karena sesungguhnya syetan menjadi yang ketiga” (HR. Ahmad)
6. Tutup semua pintu menuju zina
Dalam bab zina, larangan Allah bukan hanya mengharamkan zina namun “jangan dekati zina.” Wa laa taqrabuz zina. Maka seluruh pintu ke sana harus ditutup.
Mungkin ada wanita yang mengatakan: “Saya selalu berhias untuk suami, melayani suami dengan sebaik-baiknya, namun ia malah mengkhianati saya”. Namun ia tidak sadar jika ia telah membukakan pintu bagi suaminya: membiarkannya ke diskotik, menonton penyanyi wanita yang lenggak-lenggok, dan sejenisnya. Tanpa disadari, pintu zina telah terbuka.
7. Perbaiki diri
Salah satu tafsir “wath thayyibaatu lith thayyibiin wath thayyibuuna lith thayyibaat” adalah laki-laki yang baik untuk wanita yang baik pula dan wanita yang baik untuk laki-laki yang baik pula. Ketika kita menjaga diri dan selalu berupaya memperbaiki diri, Allah pun akan menjadikan pasangan hidup kita baik.
Pantaskanlah diri kita di hadapan Allah untuk seorang suami yang baik, maka insya Allah Dia juga akan memantaskan suami kita menjadi orang yang baik.
8. Jangan buka aib keluarga
Tanpa bermaksud menyalahkan, kita lihat kasus ini sudah menjadi konsumsi publik hingga ke seluruh penjuru tanah air. Ini yang perlu kita sadari, betapa dahsyatnya media sosial.
Maka jika pun ada aib dalam keluarga, hendaknya tidak kita buka apalagi disebar di media sosial. Selain menimbulkan efek negatif bagi keluarga, juga tidak baik bagi anak-anak di masa mendatang. [Ummi Liha/KeluargaCinta]
2 Comments
Comments are closed.