“Ustadz, jika takdir Allah selalu baik dan tiap orang akan mendapatkan jodoh terbaik, bagaimana menyikapi saat kita mencintai seorang akhwat tapi tidak berjodoh dengannya. Padahal akhwat itu baik dan shalihah. Apakah dia tak baik untukku atau aku yang tidak baik untuknya?” Demikian kira-kira salah satu pertanyaan saat kajian Gresh bertema Takkan Patah Hati yang Hijrah tadi malam.
Pertanyaan itu juga terkait dengan hadits qudsi “Ana ‘inda dhanni abdi bii” (Aku sesuai persangkaan hamba-Ku) yang saya sampaikan sebelumnya. Saya mengajak anak-anak muda itu untuk selalu husnudhan kepada Allah, termasuk soal cinta dan jodoh. Rupanya, hadits qudsi itu memantik pertanyaan seru.
Ya, kita harus senantiasa husnudhan kepada Allah. Misalnya dalam doa. Kalau kita yakin Allah mengabulkan, doa itu akan dikabulkan.
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ
Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai. (HR. Tirmidzi; hasan)
Kalaupun tidak dikabulkan persis dan segera, Allah akan mengganti doa itu dengan menghindarkan kita dari bahaya yang setara atau lebih besar. Atau, Allah menyimpan doa kita di akhirat nanti menjadi tabungan pahala yang sangat besar jumlahnya.
Lalu bagaimana husnudhan kita dalam konteks “tidak berjodoh” tersebut? Kita yakin bahwa semua takdir dari Allah adalah yang terbaik untuk kita. Kalau kita tidak berjodoh dengan seorang akhwat yang baik dan shalihah, bukan berarti dia tidak baik atau kita yang buruk. Boleh jadi Allah sedang menyiapkan untuk kita, calon istri yang lebih baik dari akhwat tersebut. Dan Allah menyiapkan untuk akhwat tersebut, calon suami yang lebih baik daripada kita.
Ketika Hafshah menjadi janda karena Khunais suaminya gugur syahid di Perang Badar, Umar bin Khattab mencarikan calon suami baru usai berakhir masa iddah putrinya tersebut. Ia mendatangi Utsman bin Affan yang juga baru saja ditinggal wafat istrinya.
Baca juga: Gombalan untuk Istri
“Maaf, untuk saat ini aku belum berhasrat untuk menikah,” demikian jawaban Utsman.
Umar sempat tersinggung lamarannya ditolak. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hafshah akan menikah dengan orang yang lebih baik dari Utsman. Sedangkan Utsman akan menikah dengan wanita yang lebih baik dari Hafshah.”
Duhai, siapakah yang lebih baik dari Ustman dan siapakah yang lebih baik dari Hafshah? Tak lama setelah itu terjawab sudah. Rasulullah menikahi Hafshah. Beliau juga menikahkan Utsman dengan putrinya, Ummu Kultsum.
Jadi, jika engkau tidak berjodoh dengan seorang akhwat shalihah, jangan putus asa. Tetaplah husnudhan kepada Allah. Terulah memantaskan diri dalam ketaatan. Insya Allah, Dia akan memberimu jodoh terbaik di waktu terbaik. [Muchlisin BK/KeluargaCinta]