Mencari teman untuk senang-senang itu mudah. Saat kamu punya banyak uang, kamu ajak makan-makan, banyak yang mau. Saat kamu ajak jalan-jalan, banyak yang mau. Apalagi kamu ajak shopping dan kamu yang traktir.
Pun saat kamu punya kuasa. Bisa ‘memberi’ dan mengatur posisi. Atau memiliki otoritas untuk menunjuk rekanan, berbagi keuntungan. Banyak yang akan mendekatimu. Banyak yang suka berteman denganmu.
Namun, saat kamu sudah kehilangan kuasa, siapa yang bertahan menemanimu itulah teman setia. Seperti jawaban Ali bin Abu Thalib ketika ditanya berapa jumlah sahabatnya, “Nanti akan kuhitung setelah aku tertimpa musibah.”
Atau saat kamu merintis perjuangan yang belum kelihatan hasilnya. Siapa yang mau menemanimu? Menghabiskan waktu yang belum tentu sepadan dengan capaian. Memeras keringat yang belum tentu terbayar dengan keberhasilan.
Bagi para suami, pastikan jawaban utama adalah istri. Istrimu yang memilihmu saat kamu belum punya apa-apa. Istrimu yang dengan yakin ‘melepaskan’ hidup nyaman bersama orang tuanya untuk hidup berdua denganmu. Istrimu yang rela merangkak bersama dari nol menapaki tangga demi tangga kehidupan. Istrimu yang selalu mengkhawatirkanmu saat kamu sakit lalu bertindak cepat merawat.
Renungkan. Istrimu bukan dokter tetapi ia yang paling cepat memberikan pertolongan pertama saat kamu sakit. Istrimu bukan perawat tapi dia yang merawatmu dengan pelayanan nomor satu. Istrimu bukan motivator tetapi dialah motivator terbaik dalam hidupmu. Istrimu bukan coach tetapi dialah yang mendampingimu bertumbuh tahap demi tahap.
Maka dari lisan manusia terbaik, kita mengetahui bahwa laki-laki terbaik adalah suami yang paling baik memperlakukan istrinya.
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى
Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya dan aku adalah orang yang terbaik di antara kalian terhadap istriku. (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dari beliau pula kita dapati, pemberian terbaik adalah pemberian suami kepada istrinya.
دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
Satu dinar yang engkau belanjakan di jalan Allah, satu dinar yang engkau keluarkan untuk membebaskan budak, satu dinar yang engkau sedekahkan kepada seorang miskin, dan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu, maka yang paling besar pahalanya adalah satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu. (HR. Muslim)
Baca juga: Tabel Asmaul Husna
Sudahkah memperlakukan istri –teman paling setia- seperti yang Rasulullah ajarkan kepada kita? Semoga. [Muchlisin BK/KeluargaCinta]