Perlu diwaspadai oleh orang tua gejala keracunan makanan pada anak. Keracunan ini umumnya disebabkan oleh bakteri, dan kadang juga disebabkan oleh virus atau kuman lain. Patogen tersebut dapat mencemari makanan atau minuman yang kemudian masuk ke dalam tubuh saat dikonsumsi.
Tanda-tanda keracunan makanan bervariasi tergantung pada jenis kuman yang menjadi penyebabnya. Rasa sakit bisa muncul dalam satu atau dua jam setelah mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi. Namun, dalam beberapa kasus, gejala baru akan muncul setelah beberapa minggu.
Keracunan makanan bisa dipicu oleh berbagai penyebab penyakit, dengan gejala yang dirasakan tubuh, seperti muntah, diare, nyeri, kram, dan sebagainya. Berikut adalah beberapa gejala yang mungkin timbul akibat keracunan makanan, di antaranya:
1. Diare
Keracunan makanan sering ditandai dengan munculnya diare, di mana tinja encer keluar saat buang air besar dalam periode 24 jam. Diare terjadi karena peradangan yang mengganggu kemampuan usus untuk menyerap kembali air dan cairan selama proses pencernaan.
Selain itu, diare juga bisa disertai gejala lain, seperti perut mulas, kembung, atau kram perut. Kehilangan banyak cairan akibat diare meningkatkan risiko dehidrasi, sehingga sangat penting untuk tetap terhidrasi dengan cukup minum air putih.
2. Nyeri dan Kram Perut
Selain menyebabkan diare, keracunan makanan juga bisa menimbulkan nyeri dan kram perut, yang sering kali terasa seperti perut kembung atau nyeri tajam. Ketidaknyamanan pada perut ini merupakan indikasi bahwa sistem pencernaan sedang mengalami gangguan.
Nyeri perut tersebut muncul karena adanya reaksi tubuh terhadap zat berbahaya atau patogen yang masuk melalui makanan yang terkontaminasi. Kondisi ini menandakan bahwa tubuh sedang berusaha mengatasi masalah di saluran pencernaan, yang akhirnya bisa menimbulkan berbagai gejala lainnya.
3. Pusing (Sakit Kepala)
Gejala keracunan makanan pada anak yang selanjutnya adalah pusing atau sakit kepala. Sakit kepala yang dialami saat keracunan makanan mungkin disebabkan oleh dehidrasi atau reaksi tubuh terhadap racun yang telah masuk ke dalam sistem saraf.
Tingkat keparahan sakit kepala ini bisa bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang sangat parah, tergantung pada seberapa besar tingkat keracunan yang terjadi dalam tubuh.
Ketika tubuh kehilangan banyak cairan akibat keracunan, hal ini dapat menyebabkan penurunan volume darah yang mengalir ke otak, yang pada akhirnya memicu sakit kepala. Selain itu, racun yang masuk ke dalam sistem saraf juga dapat menyebabkan gangguan fungsi saraf, yang turut berkontribusi terhadap munculnya rasa sakit di kepala.
4. Mual dan Muntah
Gejala lain yang sering muncul setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh bakteri, virus, atau parasit adalah mual dan muntah. Gejala ini bisa muncul bersamaan dengan diare atau secara terpisah.
Mual adalah perasaan tidak nyaman yang mendorong seseorang untuk muntah, sedangkan muntah merupakan proses pengeluaran makanan atau cairan dari lambung melalui mulut. Kedua gejala ini adalah cara tubuh untuk menyingkirkan racun yang masuk ke dalam sistem pencernaan.
5. Demam
Dalam beberapa situasi, keracunan makanan bisa memicu demam yang cukup tinggi. Demam merupakan reaksi alami tubuh ketika menghadapi infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam sistem.
Jika seorang anak mengalami demam setelah mengonsumsi makanan yang tampaknya mencurigakan atau tidak bersih, ini bisa menjadi indikasi bahwa anak tersebut sedang mengalami keracunan makanan.
Kondisi ini terjadi karena tubuh berusaha melawan infeksi atau patogen yang telah masuk melalui makanan yang terkontaminasi.
Itulah 5 gejala anak mengalami keracunan makanan yang perlu diwaspadai. Mengetahui gejala keracunan makanan pada anak-anak sangat krusial agar langkah-langkah pencegahan yang tepat dapat segera diambil.