Sedih. Itulah yang dirasakan oleh Muslimah shalihah yang kelak manjadi bagian Ummahatul Mukminin ini. Suami yang disayanginya wafat. Bayangan indah perjuangan pun terputar seketika dalam memorinya.
Maka ketika Nabi mengajarkan doa agar diberi pahala atas musibah dan diberikan ganti yang lebih baik, Muslimah teladan ini berkata, “Dari mana aku akan memperoleh yang lebih baik dari suamiku?”
Namun, sebagai wujud taatnya pada Rasulullah, Muslimah ini pun tetap memanjatkan doa tersebut setulus hatinya. Sebab iman membuatnya kuat untuk tidak terlarut hanyut dalam sedih.
Setelah masa iddahnya berakhir, datanglah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Katanya berkisah, “Kuuzinkan beliau masuk, dan kusiapkan untuknya bantal untuk duduk yang isinya dari serabut.”
“Lalu,” lanjutnya menuturkan, “beliau menyampaikan lamaran kepada diriku.”
Inilah kebahagiaan sejati seorang muslimah: ketika datang kepadanya sosok shaleh yang ajukan diri untuk menjadi imamnya. Namun, alih-alih menerima lamaran Nabi, beliau justru ajukan syarat dengan tiga pertanyaan.
“Ya Rasulullah,” terangnya santun penuh adab, “kondisiku akan membuat anda tidak berminat.” Lanjutnya, “Aku seorang wanita yang sangat pencemburu.” Terangnya kemudian, “Maka aku takut anda mendapatkan pada diriku sesuatu yang karenanya Allah Ta’ala akan mengazabku.”
Sedangkan yang terakhirnya, tuturnya menyampaikan, “Aku sudah tua dan memiliki banyak anak.”
Mari sama-sama perhatikan jawaban Nabi. Jika kita berpikir beliau akan mundur, faktanya tidak demikian. Bahkan beliau menyampaikan jawaban untuk meyakinkan janda Muslimah yang akan dipinangnya itu.
Tentang kecemburuan sang Muslimah, Rasulullah mendoakan, “Semoga Allah Ta’ala melenyapkannya darimu.”
Terkait usia tua, dengan amat lembut Nabi menjelaskan, “Aku pun mengalami hal yang sama.”
Sedangkan terkait banyaknya anak, tutur Nabi melegakan, “Sesungguhnya keluargamu adalah keluargaku juga.”
Setelah itu, Muslimah ini merelakan dirinya kepada Rasulullah dan keduanya menikah. Tutur sang Muslimah sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad, “Allah telah memberikan ganti yang lebih baik dari suamiku, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.”
Muslimah shalihah yang bersanding dengan Nabi tersebut adalah Ummu Salamah. Sedangkan suaminya yang baik hati namun telah mendahuluinya adalah Abu Salamah yang terdepan dalam jihad dan shalat. [Pirman]
1 Comment
Comments are closed.