Diperintahkan menikah kepada laki-laki dan perempuan agar keduanya saling mencintai dan membantu dalam kebaikan dan takwa. Kebaikan terkait hubungan dengan sesama dan takwa yang merupakan jenis ibadah unggulan kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya yang mulia.
Maka saling membantu, antara suami dan istri adalah keharusan. Dengan adanya sikap ini, keduanya bisa saling mencintai dan menyayangi. Dengan saling membantu, kasih sayang di antara keduanya pun akan semakin bertumbuh, lalu berbuah.
Membantu pasangan adalah keutamaan. Ia hanya perlu dilakukan dengan ketulusan, dimulai dari perbuatan paling kecil, yang didahului oleh diri sendiri.
Bentuknya, tak harus ribet. Sebab cinta adalah sebentuk kesederhanaan yang murni, tak dibuat-dibuat, serta minim bahan pengawet. Ketulusan itulah yang membuat hal kecil bermakna besar; yang sederhana menjadi sangat berkesan.
Nabi sebagai teladan terbaik, membahasakan saling membantu antara suami-istri dengan perintah saling membangunkan untuk shalat Tahajjud. Disebutkan, jika suami memercikkan air ke muka sang istri-atau sebaliknya-untuk Tahajjud; keduanya akan dilimpahi rahmat dari Allah Ta’ala.
Sebab Tahajjud bukan hal yang mudah dan butuh proses yang amat panjang, maka mulailah dari hal-hal yang kecil dan sederhana. Sebab di balik amalan sederhana itu, terdapat keagungan dalam penilaian Allah Ta’ala.
Ketika anda dan suami sedang berdua, misalnya, kemudian terdengar kumandang adzan dari sang Muadzin, maka hentikankanlah sejenak percakapan mesra itu. Tatap lekat-lekat wajah suami anda, pegang tangannya, kemudian katakan padanya, “Mas, aku suka berdua denganmu; tapi aku lebih suka jika kau bersegera menyambut panggilan Tuhan kita.”
Lepas itu, saat suami anda menuju kamar kecil untuk mengambil air wudhu, bergegaslah untuk mempersiapkan segala keperluannya untuk shalat berjamaah; sarung/celana, baju takwa, kopiah, surban, minyak wangi, dan sebagainya.
Perhatikan suamimu itu sepenuh cinta. Jika perlu, bantu ia untuk mengenakan segala perlengkapannya. Kemudian, raih tangannya; salami dan ciumlah dengan hening. Iringi langkahnya hingga rahang pintu, dan siramkan senyum termanis yang kaumiliki.
Terus begitu, hingga suamimu nyaman dan amalan itu menjadi kebiasaan yang sukar ditinggalkan. Kelak, jika takdir menjemputmu lebih dulu; momen itu akan sangat dirindukannya. Bukankah ini merupakan kerinduan terindah?
Jika anda sebagai suami, maka bantulah istrimu dalam taat. Bentuknya, tak perlu mewah. Di siang hari, ingatkan ia untuk tidur siang; sebab pada amal itu terdapat sunnah yang mulia. Menjelang sore, bangunkan ia untuk dirikan Ashar, kemudian ingatkan, “Sayang, bangunlah. Dalam senja, ada sunnah panjatkan pinta kepada yang Mahakuasa.”
Saat Maghrib tunai menyapa, dan kau baru pulang dari masjid, ambillah mushaf, tuntun ia dalam mengeja Kalam-kalam Ilahi yang suci itu. Bimbinglah, sebab kau adalah imamnya. Ingatkan dengan lembut saat ia salah baca. “Dik,” ujarmu sambil daratkan cubitan kecil, “kok salah sih? Mikiran Mas ya?”
Maka amatilah raut cemberut manjanya; seraya mengingkari godamu, padahal ia mengharapkannya. Terus begitu, bergantian hingga Isya’ menjelang. Selepas Isya’, saat kau baru saja pulang dari masjid, tanyakan, adakah keperluan yang harus disiapkan untuk esok hari?
Lalu selepas atur jadwal, bersegeralah menuju tempat istirahat. Sebab ada ibadah yang utama, dan esok harus terbangun di sepertiga malam dalam munajat panjang kepada Allah Ta’ala.
Teruslah begitu, seraya meminta tolong dari Allah Yang Maha Menolong. Semoga, Allah hidupkan kalian berdua dalam kemesraan nan berpahala surga-Nya. Aamiin. [Pirman]