Semoga Allah Ta’ala melimpahkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman. Sebaik-baik kisah setelah apa yang terdapat di dalam al-Qur’an adalah kisah kenabian dan para sahabatnya.
Wanita ini sudah lanjut usianya. Pernah mengasuh Nabi yang dimuliakan oleh seluruh alam. Asalnya Habasyah (Ethiopia). Tidak bisa dibilang cantik, jika jelek tak layak dialamatkan kepada wanita nan mulia ini. Bahkan, kulitnya hitam.
Meski demikian, akhlaknya memesona. Luhur budinya. Baik perangainya. Alhasil, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda, “Barang siapa yang ingin menikahi seorang wanita ahli surga,” perintah beliau, “nikahilah wanita ini (seraya menyebut nama sang wanita).”
Mendengar janji mulia dari sang Nabi, maka sosok sahabat yang pernah dijadikan Nabi sebagai anak angkat pun mengajukan diri. Ialah Zaid bin Haritsah. Katanya amat mantap, “Aku yang akan menikahinya.”
Bukankah ini kebaranian yang jarang didapati tandingannya di zaman kini? Bayangkan, Zaid bin Haritsah adalah sosok yang mengikuti Nabi siang dan malam, kemudian pernah dijadikan anak angkat. Sedangkan sang wanita yang disebut oleh Nabi sebagai ahli surga itu, selain hitam dan tidak cantik, beliau adalah sosok yang senantiasa mengasuh Nabi bahkan dijuluki oleh beliau dengan “Ibuku setelah ibuku”.
Ada jeda usia yang panjang. Ada jeda kepribadian yang berbeda. Ada sekian banyak daftar perbedaan yang sukar tuk didaftar dan dijabar satu per satu. Ada begitu banyak yang tak sama, tapi Zaid dengan gagahnya berkata, “Aku yang akan menikahinya.”
Maka dalam pernikahan yang barakah ini, lahirlah sosok memesona Usamah bin Zaid. Ialah sosok terakhir yang diutus oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dalam perang membebaskan Romawi dan Negeri Syams.
Kini, bahkan ketika wanita yang ditawarkan hanya beda kualitas kulit sebab sedikit gelap saja, sang lelaki akan memilih banyak dalih aneh, “Duh, belum cocok.” Lanjutnya, “Itu, saya kan sering diundang kondangan. Kan, malu.” Atau alasan-alasan tak beradab lainnya.
Apalagi jika kualitas wajah jauh dari artis idamannya, kemudian usianya lewat kepala tiga, lalu jarak usia dengannya melabihi angka lima tahun. Serta-merta, laki-laki yang nampak baik ini akan mengumpulkan ribuan dalih sebagai jurus untuk berkelit. Pun, jika wanita yang tak memesona secara fisik memiliki kualitas akhlak yang amat baik dan agama yang hanif.
Semoga semakin banyak sosok Zaid bin Haritsah yang gagah berani menikahi Ummu Aiman demi menjaga agama dan keturunan dengan menikahi wanita yang baik agama, meski fisiknya biasa-biasa saja, bahkan di bawah standar rata-rata para pengagum kecantikan fisik semata. [Pirman]
5 Comments
Comments are closed.