Ini kisah nyata tentang seorang ‘ustadz’ di sebuah kota. Sosoknya dikenal sebagai dai di sebuah kampus yang namanya masyhur bersanding dengan kebaikan-kebaikannya. Sayangnya, ada catatan penting ketika ia memutuskan untuk ‘mengganti’ calon istri yang sudah dilamarnya. Mengapa ia melakukan tindakan itu? Bagaimana kesudahan dan kisah lengkapnya?
Tersebutlah sosok Muslimah aktivis kampus yang cemerlang. Tampang menawan, otak cemerlang, hati bersinar lantaran dakwah dan kedekatannya dengan Allah Ta’ala, akhlak pun memesona dengan senyum dan ketulusan yang terpancar dalam setiap amalnya.
Menjalani kuliah dengan nilai akademik yang memuaskan, ia mendapatkan kabar gembira tepat ketika hendak mengikuti wisuda di kampusnya. Bahagianya; ada sosok tersebut sebagai ‘ustadz’ yang melayangkan proposal nikah kepadanya, melalui seorang perantara.
Singkat cerita, lamaran si ‘Ustadz’ pun diterima. Keluarga Muslimah tak memiliki satu pun alasan untuk menolak sosok shaleh, baik, berpendidikan, dan bermasa depan cerah. Maka disepakatilah dua bulan persiapan bagi keduanya untuk menuju mahligai bahagia bernama pernikahan.
Waktu berlalu, semua persiapan mendekati masa final. Undangan selesai dicetak, seluruh keluarga sudah mendengar kabar nan membahagiakan itu.
Namun, dua puluh hari sebelum hari yang disepakati sebagai waktu akad nikah keduanya, keadaan berubah dalam hitungan hari; bahagia menjadi duka, sumringah beralih menjadi nestapa.
Sebab, sosok tersebut sebagai ‘Ustadz’ itu mengirimkan pesan singkat yang berbunyi, “Dengan pesan ini saya menyatakan membatalkan lamaran demi kebaikan kita bersama.”
Mulanya, sang Muslimah berpikir bahwa ada salah kirim pesan. Lantas, dia pun menghubungi sosok perantara dalam perkenalan keduanya. Berhari-hari tak jumpai berita, akhirnya sang perantara hanya menyampaikan riwayat serupa, “Dibatalkan demi kebaikan keduanya.”
Tak perlu mengisahkan keadaan sang Muslimah. Sudah pasti semua jenis kesedihan dirasakan oleh diri dan keluarganya. Apalagi, anggapan buruk dari tetangga sekitar tak mungkin dibendung. Beruntungnya, Muslimah ini menunjukkan kelas keshalehannya. Ia sabar dan senantiasa meminta pertolonagn dari Allah Ta’ala.
Hingga akhirnya, ada lelaki shaleh lain yang mendatanginya, dan sungguh-sungguh menuju jenjang pernikahan yang islami. Meski beda ‘kualitas’ dari ‘Ustadz’ yang dengan mudah ‘mengganti’ calon istri yang sudah dilamarnya hanya dengan pesan singkat, rupanya laki-laki sederhana ini ditunjuk oleh Allah Ta’ala sebagai sosok pengganti terbaik atas kesabaran Muslimah dalam menghadapi ujian hidupnya.
Lantas, apa sebenarnya yang menjadi alasan bagi si ‘Ustadz’ hingga membatalkan lamaran? Rupanya, ketika sudah melamar sang Muslimah, ‘Ustadz’ itu melakukan lamaran ganda dengan wanita lain sebab wanita itu berasal dari fakultas yang lebih berkelas dan bergengsi dari fakultas sang Muslimah yang dilamarnya terlebih dahulu.
Na’udzubillahi min dzalik. [Pirman]
Rujukan: Dua Jiwa Satu Surga
10 Comments
Comments are closed.