Anda sudah berniat menikah tapi bingung menentukan mahar? Mengapa bingung? Apakah alasannya karena khawatir dengan anggapan keluarga wanita dan masyarakat sekitarnya karena mahar yang Anda mampu kecil jumlahnya?
Pertama, mahar adalah hak istri. Dianjurkan untuk bertanya, “Maunya apa?” Maka istri yang baik akan memberikan kemudahan sesuai dengan kemampuan calon suaminya. Jika pun mewah dan mahal, maka pastikan bahwa calon suami Anda sanggup untuk memikulnya.
Jika calon istri tak menyebut angka atau barang tertentu, maka berikanlah yang terbaik sebagai bukti kesungguhan Anda sebagai calon suami. Jika memang mampu memberikan dua puluh juta, maka janganlah pelit dengan hanya memberi mahar dua ribu rupiah.
Penting diperhatikan, mahar tidak menjadi penentu bahagia atau tidaknya sebuah pernikahan. Maka yang paling banyak maharnya, tidak otomatis paling bahagia kehidupannya setelah menikah. Pun sebaliknya.
Yang perlu diperhatikan, fokuslah pada kehidupan setelah nikah. Artinya, jika pun Anda memiliki harta yang banyak, jangan dihabiskan untuk bermewah dalam mahar ataupun walimah. Sebab setelah menikah, Anda dan pasangan akan lebih banyak membutuhkan materi di banding hanya untuk makan-makan saat walimah.
Jadi, pertimbangkan masak-masak dengan calon Anda sebelum ketok palu.
Sebagai pembanding, ada satu tokoh Nasional di negeri ini yang diberikan kekuatan oleh Allah Ta’ala untuk menjadi salah satu contoh kehidupan keluarga Islami. Beliau adalah sosok yang sederhana dalam kehidupan.
Di dalam buku Menikah Memuliakan Sunnah, beliau berkisah, “Dalam perjalanan bus malam menuju rumah calon mertua, saya lupa untuk mempersiapkan mahar pernikahan.”
Duh, bagaimana ini? Mau nikah esok pagi tapi lupa membawa mahar. Maka, beliau melanjutkan, “Lantas, ketika bus berhenti, saya melihat apa yang ada di sekeliling.” Lalu, dalam pencarian itu, “Kebetulan saya melihat sajadah yang dijual di toko pinggir jalan.”
Sajadah itulah yang kelak dijadikan mahar.
Apa pendapat Anda? Apakah Anda mengatakan, “Gak modal nih. Cuma sajadah?”
Belum usai, sang juru kisah melanjutkan penuturannya, “Namun rasanya kurang pas jika hanya sajadah. Maka, saya tambahkan uang sejumlah Rp 3.925,-.”
Sebelum mengetahui siapakah beliau, ijinkan saya bertanya, “Apa pendapat Anda tentang mahar sajadah dan uang senilai Rp 3.925,- ini?”
Kini, di usia pernikahan yang memasuki 30 tahun, nama beliau berhasil menginspirasi banyak orang melalui gerakan kebaikan yang beliau bangun.
Beliau adalah Ustadz Muhaimin Iqbal. Sosok inspiratif yang memilih meninggalkan jabatan bergengsi di salah satu anak perusahaan Pertamina dan menggantinya dengan berkarya menafsirkan al-Qur’an dengan ilmu Pertanian yang dimiliki. Semoga Allah Ta’ala berkahi pernikahan beliau dan keluarganya. [Pirman]