Menjadi wanita terbaik adalah idaman. Apalagi terbaik dalam penilaian Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Tentu, tidak mudah. Dan pastinya, butuh perjuangan panjang dengan ujian yang berat. Tapi, berat bukan berarti tidak mungkin, sukar tidak pula bermakna mustahil.
Berikut ini tiga hal yang dijanjikan oleh Nabi agar kaum Muslimah layak dijuluki ‘Wanita Terbaik’.
Menyenangkan Jika Dipandang Suami
Kaum laki-laki adalah makhluk visual. Mereka bisa mencintai sejak pertama kali melihat tampilan fisik seorang wanita. Karenanya, sangat sering kita jumpai laki-laki yang langsung memutuskan untuk menikahi seorang wanita hanya karena wajahnya yang bening, hidung yang mancung, tinggi yang ideal, dan kriteria-kriteria kecantikan fisik lainnya.
Maka, menyenangkan saat dilihat menjadi syarat pertama jika seorang istri ingin menjadi wanita yang terbaik. Sebab kecantikan fisik adalah karunia, maka menyenangkan suami saat dilihat tidak selalu harus sesuai dengan makna cantik sebagaimana umumnya.
Cukuplah berpenampilan bersih, sedikit wangi, pakaian yang menyenangkan dilihat, senyum sumringah, rona wajah yang cerah, tutur lembut nan menenteramkan, dan perlakuan santun layaknya orang yang saling mencintai.
Taat Jika Diperintah
Tidak ada ketaatan dalam melanggar larangan Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam. Maka, taat kepada suami batasnya sangat jelas; selama perintahnya sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Selain itu, bentuk taat seorang istri adalah menyelisihinya dengan tegas; dengan mengingatkan, dakwah, dan sebagainya.
Maka taat kepada suami, bentuknya bisa dengan bersegera mencukupi kebutuhannya sebagai bentuk pelayanan, menemaninya saat membaca ayat al-Qur’an dan melakukan amal saleh lainnya, serta bersiap diri jika suami membutuhkannya; terkait dapur, kasur, maupun sumur.
Hal lainnya adalah menyediakan waktu dan potensi terbaik untuk suami. Tentunya, suami juga mesti bijak dengan tidak asal memerintah tanpa memperhatikan kondisi istrinya. Apalagi ketika seorang istri juga membantunya mengupayakan penghidupan dan mengurus anak-anak.
Tidak Mencela Suami dan Hartanya
Bahwa suami penuh kekurangan itu pasti. Maka, seorang istri pun harus mencari ridhanya dengan tidak mencela keburukan dan kekurangan imamnya itu; baik dengan ucapan ataupun tindakan.
Karenanya, seorang istri yang menyejukkan adalah ia yang cerdas dalam menyikapi kekurangan suaminya. Ia tidak langsung menyampaikan, tapi mencari waktu yang tepat dengan cara yang elegan. Sebab, istri yang baik adalah mereka yang mewakafkan waktunya untuk memperbaiki kekurangan suaminya. Begitupun sebaliknya. [Pirman]
Berdasarkan hadits riwayat Imam an-Nasa’ (2/272), dan Imam Ahmad bin Hanbal (2/251, 432, 438)