Featured Nasehat

8 Adab Bergaul dengan Lawan Jenis

Adab bergaul

Ini delapan adab bergaul dengan lawan jenis yang perlu kita tahu dan kita amalkan. Islam mengaturnya agar manusia berlimpah kebaikan di dunia dan akhirat.

***

Manusia adalah makhluk sosial yang pasti berinteraksi dengan sesamanya. Entah untuk urusan jual beli, pertemanan, bertetangga ataupun berorganisasi. Interaksi itu tidak hanya melibatkan sesama jenis tapi juga dengan lawan jenis.

Nah, Islam sebagai agama yang syamil mutakamil (sempurna dan menyeluruh) punya aturan mengenai adab bergaul dengan lawan jenis ini. Sehingga interaksinya tetap membawa kebaikan, bukan malah membawa keburukan dan menjadi jalan syetan yang mencelakakan.

1. Menata niat dan tujuan

Pergaulan dengan lawan jenis harus dilandasi dengan niat dan tujuan yang baik dan dilakukan seperlunya. Bukan dalam rangka mengikuti syahwat atau mencari-cari kesempatan untuk menuruti hawa nafsu.

Kisah Nabi Musa dan dua putri Nabi Syu’aib memberikan pelajaran kepada kita, bagaimana interaksi laki-laki dan perempuan dilakukan seperlunya dengan tujuan menolong sesama.

Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat at begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya”.

Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”.

Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami”. Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu’aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu’aib berkata: “Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu”. (QS. Al Qasas: 23-25)

Niat dan tujuan yang baik harus menjadi landasan setiap aktifitas. Termasuk saat bergaul dengan lawan jenis.

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Tidak berkhalwat (berduaan)

Niat ikhlas dan tujuan yang baik saja tidak cukup. Sebab syetan selalu mengintai dan berusaha menjerumuskan manusia ke jurang syahwat.

Karenanya, adab bergaul dengan lawan jenis yang kedua, tidak boleh berduaan laki-laki dan perempuan kecuali disertai dengan mahramnya. Apalagi jika berduaannya di tempat sepi dan remang-remang. Godaan syetan lebih berat pada kondisi demikian.

Bahkan meskipun dalam rangka mengerjakan tugas makalah atau membicarakan kepanitiaan PHBI, berduaan laki-laki dan perempuan di tempat sepi tidak dibenarkan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ

“Tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan wanita (yang bukan mahramnya) kecuali yang ketiga adalah syetan.” (HR. Ahmad; shahih)

3. Tidak ikhtilath (campur baur)

“Ini tidak berduaan kok, Ummi. Kita rame-rame.” Rame-rame tapi kalau campur baur pun tidak dibenarkan syariat.

Misalnya konser musik lalu joget-joget bareng cowok dan cewek. Apalagi sampai bersenggolan dan bersentuhan kulit.

لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ

“Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya” (HR. Thabrani; shahih)

Atas dasar hadits ini pula, tidak dibenarkan berjabat tangan laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya. Lalu bagaimana caranya ketika bertemu? Cukup mengucapkan salam dan meletakkan tangan di depan dada, jangan sampai bersentuhan.

4. Menutup aurat

Adab bergaul dengan lawan jenis berikutnya adalah menutup aurat. Ini satu keniscayaan yang harus dijaga.

Sehingga bagi muslimah, wajib baginya berkerudung (berjilbab). Sehingga seluruh anggota tubuhnya tertutup kecuali wajah dan telapak tangan. Bahkan ada ulama yang sampai mewajibkan menutup wajahnya seperti Syaikh Utsaimin yang berpendapat cadar (niqab) itu wajib bagi muslimah. Namun Syaikh Nashiruddin Al Albani berpendapat cadar tidak wajib. Demikian pula Syaikh Yusuf Al Qardhawi.

Kewajiban menutup aurat ini Allah firmankan dalam firman-Nya:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin : ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab : 59)

Dalam hadits dijelaskan aurat bagi wanita. Sebagaimana diriwayatkan Bunda Aisyah radhiyallahu ‘anha:

أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ دَخَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهَا ثِيَابٌ رِقَاقٌ فَأَعْرَضَ عَنْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ

Asma’ binti Abu Bakar pernah menemui Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam dengan memakai pakaian yang tipis. Maka Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam pun berpaling darinya dan bersabda, “wahai Asma’, sesungguhnya seorang wanita itu jika sudah haidh (sudah baligh), tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali ini dan ini”, beliau menunjuk wajahnya dan kedua telapak tangannya. (HR. Abu Daud; hasan)

Baca juga: Istri Sholat Dhuha, Rezeki Suami Lancar Jaya

5. Menjaga pandangan

Adab bergaul dengan lawan jenis berikutnya adalah menjaga pandangan (ghadul bashar). Berusaha menundukkan pandangan agar tidak melihat lawan jenisnya lama-lama, apalagi menikmatinya dengan syahwat.

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. An Nur: 30)

Menjaga pandangan ini bukan hanya untuk laki-laki karena di ayat berikutnya, Allah juga memerintahkan para wanita mukminah untuk menjaga pandangannya.

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya.. (QS. An Nur: 31)

6. Tidak tabarruj (berdandan berlebihan)

Islam selalu menjaga umatnya agar hatinya bersih dari kotoran jiwa, termasuk syahwat. Karenanya tidak cukup menutup aurat, namun juga harus tidak tabarruj. Tabarruj itu berdandan atau berhias berlebihan.

Dalam istilah sekarang mungkin make up tebal dan menor. Pakai lipstik, pakai alis mata palsu, dan sebagainya. Juga pakaian yang meskipun menutup aurat tapi terlalu menonjol sehingga mengundang mata keranjang untuk menikmatinya juga termasuk tabarruj.

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.. (QS. Al Ahzab : 33)

7. Tidak memakai parfum

Ini juga salah satu adab bergaul dengan lawan jenis. Bagi muslimah, dilarang menggunakan parfum yang baunya mudah dicium laki-laki. Tapi kalau lembut, baunya tidak tercium kecuali dari jarak dekat untuk sekedar mengatasi bau badan, diperbolehkan. Misalnya deodorant.

أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ

“Wanita mana saja yang memakai parfum kemudian lewat pada suatu kaum supaya mereka mencium bau parfum itu maka perempuan itu telah berzina (HR. An Nasa’i; shahih)

8. Menjaga suara

Adab bergaul dengan lawan jenis yang kedelapan adalah menjaga suara. Maksudnya, jangan melembut-lembutkan suara sehingga membuat laki-laki tertarik syahwatnya. Jadi tidak boleh mendayu-dayu apalagi mendesah-desah.

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا

Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik, (QS. Al Ahzab: 32)

Meskipun ayat ini khitab-nya ditujukan kepada istri Nabi, larangan melembut-lembutkan suara tersebut juga berlaku bagi seluruh muslimah. Agar orang yang dalam hatinya ada penyakit tidak terpancing syahwatnya.

Demikian 8 adab bergaul dengan lawan jenis. Semoga bermanfaat dan kita semua bisa mengamalkan sehingga kehidupan kita penuh dengan kebaikan dan diberkahi Allah Subhanahu wa Ta’ala. [Ummi Liha/KeluargaCinta]