Saat ini, banyak orangtua yang egois dalam hal mendidik dan mengasuh anaknya. Mereka cenderung hanya mendengarkan apa yang mereka inginkan saja, daripada mendengarkan suara dan kebutuhan anaknya. Mereka seolah menutup rapat telinga akan apa yang sebenarnya diinginkan dan diharapkan oleh anaknya. Sungguh hal yang sangat tidak bijaksana sekali dan berdampak tidak baik untuk masa depan dan kehidupan di kemudian hari.
Tidak mudah memang, menjadikan orangtua sebagai kawan dan teladan bagi anaknya. Tetapi setidaknya jangan sampai anak-anak menutup rapat segala informasi tentang dirinya, sehingga luput semua pesan yang seharusnya orangtua terima tentang anaknya, semisal bahaya yang sedang mengancam dan lain sebagainya. Sungguh ironis jika sampai orangtua tidak tahu atau bahkan tidak peduli tentang informasi anakanya, ataupun sebaliknya anak yang tidak sudi dan tidak peduli memberi informasi tentang dirinya kepada orangtuanya. Lalu bagaimana?
Satu hal pasti, kecil kelihatannya tapi luar biasa dampaknya adalah hendaknya orangtua lebih banyak mendengar . Daripada mulut atau tangan yang berucap dan berbuat, lebih baik telinga yang mendengar. Orangtua harus yakin bahwa setiap anak adalah anugerah dan keunikan tersendiri serta masing-masing mereka memiliki kebutuhan yang berbeda. Dengan mendengar maka akan banyak memberikan ruang informasi masuk, memberikan data lengkap dan valid sehingga akan lebih tepat lengkap untuk dianalisis dan diambil keputusan dan sikap terhadap permasalahan yang terjadi.
Sudah saatnya ketika di rumah perhatian penuh kepada anak lebih diprioritaskan. Dengan mendengarkan, mengajak bicara, bermain, membuat aturan bersama dan mendampingi mereka adalah beberapa contoh konkrit yang bisa dilakukan. Satu hal yang sering terlupa dan tidak kalah penting selain beberapa contoh tadi adalah, berikan pujian dan penghargaan terhadap hal positif yang mereka lakukan sekecil apapun. Sehingga dengan beberapa perlakuan diatas diharapkan mereka memiliki self-esteem (harga diri) yang tinggi serta menjadikan orangtua sebagai askable parent (tempat bertanya) bagi mereka. Kalau ini sudah terbentuk, InsyaAllah komunikasi dan keterbukaan anak terhadap orangtua akan terwujud dengan sendirinya.
Mari dengan kesadaran diri yang tinggi terhadap tugas dan tanggung jawab dalam mengasuh dan melindungi, kita budayakan komunikasi. Jangan sampai gara-gara keegoisan kita, manjadikan anak-anak kita salah memaknai dan salah melangkah dalam menghadapi tantangan kehidupan yang semakin tidak terkendali. Kasus-kasus kriminal maupun amoral yang melibatkan anak-anak sudah menjadi bukti akan hilangnya akal budi dan komunikasi. Semoga kita bisa menghindari sejak dini, agar kita dan keluarga kita selamat sampai akhir hayat nanti. Semoga bermanfaat dan beraplikasi. Wallahu a’lam bishowab. [Syahrul Maftuhin]