Anak adalah amanah. Bukan sekadar untuk berbangga diri karenanya. Ada hal besar yang harus dipertanggungjawabkan, kelak di akhirat. Jika berhasil dalam mendidik, maka anak merupakan investasi yang kelak menyelamatkan kedua orang tuanya ke dalam surga. Sebaliknya, jika abai, maka anak yang membanggakan di dunia itu bisa menyeret orang tuanya ke neraka. Mengerikan.
Dikisahkan oleh Kiyai Haji Zainuddin MZ dalam salah satu ceramahnya yang mengutip sebuah hadits, ada orang tua yang hendak dimasukkan ke surga lantaran amal-amal shalihnya saat di dunia. Namun, ia dihentikan oleh malaikat lantaran ada hisab yang belum kelar.
Orang tua ini pun digiring ke sebuah tempat di neraka. Di sana, anaknya menunggu dalam keadaan terhina lantaran siksa. Menyakitkan. Menyedihkan. Memilukan.
Usut punya usut, orang tua pun ditanya, “Apakah sosok yang mengaku sebagai anaknya itu benar?” Orang tuanya pun tak kuasa mengelak. Diakui. Lantas, dilanjutkanlah hisab dan didapati kesimpulan; orang tua tersebut abai terhadap anaknya. Ia hanya sibuk beribadah, tapi tidak menasihati atau mendakwahi anaknya.
Ketika dirinya shalat, si anak malah menenggak minuman keras. Tatkala ia berpuasa, anaknya malah asyik di meja judi. Ketika dirinya pergi haji, buah hatinya itu malah berasyik masyuk bersama wanita-wanita yang menjajakan harga dirinya. Berzina.
Atas tuntutan si anak dan sikap abainya tatkala di dunia, orang tua tersebut pun dijebloskan ke dalam siksa neraka.
Na’udzubillahi min dzalik.
Mari tatap lekat-lekat anak-anak kita. Bersungguh-sungguhlah dalam mendidik, menasihati, dan mendakwahinya. Jangan sampai mereka yang kita banggakan di dunia ini, kelak justru menyeret kita ke dalam neraka. Sebaliknya, jadikan mereka sebagai ladang amal shalih. Berdoalah dengan sepenuh hati, agar anak-anak kita senantiasa berada dalam jalan kebenaran sehingga kelak bersama-sama menghuni surga-Nya yang dipenuhi kenikmatan.
Pun dengan diri kita yang merupakan anak dari orang tua kita. Berimanlah kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, lalu sibukkan diri dengan amal shalih. Bersungguh-sungguhlah agar istiqamah dan kelak menghadap Allah Ta’ala dalam keadaan iman dan Islam yang sempurna. [Pirman/Keluargacinta]
1 Comment
Comments are closed.