Sebelum menikah, seseorang pasti memiliki banyak kriteria dambaan yang kelak ada pada diri pasangannya. Mulai dari kesempurnaan fisik dalam pandangan mata sehingga tak membuat malu saat diajak kondangan, keterampilan hidup dan melayani pasangan, baiknya keluarga, dan ekspektasi-ekspektasi lainnya.
Sayangnya, beberapa masa setelah pernikahan memasuki samudera rumah tangga, pasangannya sangat berbeda dengan apa yang diharapkan. Alhasil, kecewa pun timbul, dan secara perlahan bisa mengancam kelangsungan mahligai cinta bernama keluarga itu.
Jika sudah seperti ini, apa yang harus dilakukan? Mungkinkah mundur? Apa yang harus dilakukan untuk melakukan perbaikan hingga bisa melaju dengan selamat? Layakkah untuk merasa kecewa berlebihan?
Mula-mula, berkacalah pada hatimu. Coba tanyakan, “Apakah keburukan yang ada pada pasanganmu terdapat pula di dalam dirimu?” Jika, jawabannya “Ya”, maka hal itu adalah cermin. Maknanya, sebelum anda terganggu dengan keburukan pasangan, sejatinya ia telah terganggu lebih dulu dengan keburukan yang ada pada diri anda.
Selanjutnya, jujurlah dalam menilai diri dan pasangan. Jangan suka menggunakan kaca mata “Aku selalu benar, kau senantiasa salah”. Jika memang ada kekurangan dalam diri, sampaikanlah kepada pasangan. Dan, mintalah ia untuk menjadi orang pertama yang melakukan dan mendukung perbaikan dirimu. Pun sebaliknya.
Yang tak kalah pentingnya, sadarilah peran Anda. Berperan sebagai suami atau pun istri, sadarilah bahwa peran utama yang diamanahkan kepada anda adalah peran perbaikan kebaikan. Anda diutus kepada pasangan Anda untuk menjadi sosok “Nabi” bagi umatnya.
Maka kenalilah tabiat pasangan dengan baik, maklumi keburukan dan kesalahannya untuk diperbaiki sambil jalan. Sadarilah itu, hingga kerja panjang yang menghabiskan seluruh umur hidup tak membuat anda sedih atau lelah berlebihan.
Sadarilah pula, kerja perbaikan yang Anda lakukan terhadap pasangan adalah investasi abadi yang amat besar keuntungannya. Jika Anda berhasil, kelak akan mengunduh buahnya. Dan, ketika Anda telah berupaya secara optimal, tapi pasangan Anda belum berubah, yakinlah bahwa Allah Ta’ala telah berikan pahala tunai yang tidak dikurangi sedikit pun atas usaha dan ketulusan yang Anda lakukan.
Terakhir, jangan pernah bosan untuk memanjatkan doa. Allah yang Maha membolak-balikan hati amat mudah mengubah hati pasangan Anda. Doakan dengan tulus dari nurani yang paling dalam. Dan, ingatlah, tak ada balasan bagi kebaikan melainkan kebaikan serupa atau yang lebih baik lagi.
Percayalah, ia yang bersanding denganmu kini adalah sosok terbaik menurut-Nya. [Pirman]