Wahai para bapak, perhatikanlah kualitas iman dan taqwamu kepada Allah Ta’ala. Taatilah perintah-Nya dan jejakilah sunnah Nabi-Nya yang mulia, serta jagalah diri, istri-istri, dan anak-anakmu dari siksa neraka yang panas membara karena nyala apinya.
Wahai para bapak, kalian adalah pemimpin di dalam kapal bernama rumah tangga itu. Selamat atau tersesatnya kapal, kaulah penanggungjawabnya. Ingatlah, kau akan ditanyai tentang kepemimpinanmu; apakah amanah atau khianat dengan bersikap lalai, masa bodoh, dan tidak mau tahu.
Wahai para bapak, kalian adalah teladan bagi anak-anakmu. Satu, dua, atau berapa pun jumlahnya, kaulah teladannya. Ingatlah, dari setiap amal anak-anakmu, baik atau buruk, aliran pahala atau dosanya akan sampai pula kepadamu. Bukankah ia terlahir lantaran ‘saham’ yang kautanamkan? Apalagi, jika kauberlaku zalim dan tidak menasihati anak-anakmu saat berbuat nista, dosa, dan maksiat di sepanjang hidupnya.
Wahai para bapak, aku mendengar, sebagian di antaramu berselingkuh. Ada yang skala kecil, main-main, dan iseng. Dalihmu, “Cuma hiburan.” Aduhai, tidakkah kauingat, wahai para bapak, bahwa uang satu milyar merupakan kumpulan recehan satu rupiah dalam jumlah yang amat banyak?
Pahamilah, tiada dosa kecil jika dilakukan berkali-kali, dan tidaklah sesuatu disebut dosa besar melainkan dosa-dosa kecil yang ditumpuk dalam waktu yang amat lama.
Ingatlah, selingkuhmu yang kausebut kecil-kecilan itu, amat mungkin menjadi besar jika dituruti dengan kesombongan. Bisa mengarah kepada zina besar. Jika pun tidak, ingatlah bahwa perbuatan nistamu bisa diteladani oleh satu, dua, tiga, atau empat anak-anakmu. Ingatlah pula, cucu-cucumu pun memiliki kemungkinan yang sama untuk melanjutkan jejakmu; selingkuh kecil-kecilan.
Aduhai, tidakkah ini membuatmu merasa ngeri, wahai para bapak?
Aku juga mendengar, kerap kali dirimu berlaku kasar kepada istrimu. Tidakkah kauingat bahwa ibumu adalah istri dari bapakmu? Relakah jika ibumu dipukuli sebagaimana dirimu menghajar istrimu? Ridhakah jika kelak anak-anak perempuanmu ditendangi oleh suaminya, atau anak laki-lakimu kelak meneladanimu dalam ringan tangan mendaratkan pukulan kepada istrinya?
Wahai para bapak, sudahlah. Hentikan semua perbuatan dosamu. Bertaubatlah. Ingatlah Allah Ta’ala. Sayangi dirimu. Kau, sampai kapan pun, tak akan kuat menahan satu tetes api neraka. Apalagi jika neraka itu diperuntukkan khusus untuk dirimu, lalu diikuti anak-anakmu yang antri di belakang sebab meneladani perbuatan burukmu.
Ya Allah, jadikanlah kami pemimpin orang-orang yang beriman. Aamiin. [Pirman/Keluargacinta]