Meski dihalalkan, bercerai merupakan perbuatan yang dibenci Allah Ta’ala. Perceraian antara seorang suami dengan istrinya merupakan proyek abadi dan terbesar yang dijalankan oleh setan dan bala tentaranya.
Karena itu pula, mempertahankan pernikahan menjadi satu amalan mulia. Ada pahala agung bagi sepasang suami-istri yang bisa mensyukuri setiap nikmat dalam rumah tangganya, atau bersabar atas kekurang-baikan yang menghampiri kehidupan pernikahannya. Di dalam sabar dan syukur itu, terdapat pahala agung yang membuat seorang mukmin disebut ‘ajaib’ dalam penilaian Allah Ta’ala.
Hampir tiada satu pun pasangan yang mengharapkan perceraian dalam pernikahannya. Tapi, lantaran satu dan lain hal, perceraian bisa dijadikan obat atas penyakit akut yang menjangkiti sebuah rumah tangga.
Laki-laki ini telah meminta pendapat kepada istrinya. Ia berniat resign untuk membangun usaha sendiri. Berwirausaha. Semangatnya membuncah ke angkasa. Bayangan kemakmuran dan keberhasilan menggunung di pelupuk imajinasi.
Sang istri pun sepakat. Apalagi, lantaran rasa pengantin baru yang masih manis-manisnya, apa saja terlihat indah jika dilakukan oleh kekasih pujaan hati belahan jiwa. Kata sepakat didapat, resign pun dipercepat.
Dalam hitungan bulan, usaha yang dibangun tak kunjung berhasil. Seiring berjalannya waktu mendekati bilangan tahun, tak ada kemajuan bermakna. Bahkan, hutang semakin menggunung, modal semakin menipis. Strategi yang direncanakan gagal total, bagai menuruni jurang kesengsaraan.
Kondisi semakin parah setelah si istri melahirkan anak buah cinta keduanya. Lahir anak, biaya hidup bertambah. Sedangkan penghasilan tak kunjung membaik, malah semakin bingung sebab yang menumpuk adalah beban.
Singkat kisah, keduanya pun bercerai. Entah siapa yang memulai, keutuhan rumah tangga tak bisa dipertahankan. Sang istri merasa gagal mendampingi suaminya. Sang suami merasa tak mampu membahagiakan istri dan anak yang dikasihinya. Tak bisa dipertahankan. Kapal rumah tangga pun karam di tengah samudra masalah.
Inilah satu episode ujian dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Harus disikapi dengan bijak agar tidak semakin marak. Kudu dipelajari dengan ilmu, agar masalah tak semakin rancu dan bertambah.
Berniat usaha mandiri itu tidak salah. Tapi, harus ada ilmu. Sebab niat saja tidak cukup. Jangan terbuai dengan jualan semangat para motivator. Kisah sukses mereka itu jalannya panjang. Tak sekilas bagai membalikkan telapak tangan.
Jangan hanya melihat suksesnya, pelajari pula bagaimana peluang gagalnya. Jika salah paham, kasus perceraian inilah yang akan terjadi.
Semoga Allah Ta’ala melindungi keluarga kita dari segala jenis godaan setan yang terkutuk. Aamiin. [Pirman/Keluargacinta]