Setiap keluarga pasti memiliki masalah. Masalah hendaknya dianggap sebagai ujian. Agar mendewasakan. Agar menyelamatkan. Agar suami-istri dan semua yang berada di dalam rumah tangga tersebut semakin dekat hubungannya dengan Allah Ta’ala.
Namun, ada masalah-masalah besar yang kadang tidak kuat dipikul. Ada ujian-ujian berat yang benar-benar membuat suami-istri atau salah satunya merasa sangat terpukul. Benar-benar tidak masuk dalam logika. Sama sekali tidak habis pikir, mengapa semua itu terjadi. Saking berat dan peliknya, ada masalah-masalah suami yang jika dikisahkan bisa membuat istrinya pingsan seketika itu juga.
Kami saja tak kuat untuk sekadar membayangkan. Meski diceritakan secara kronologis dan lengkap, ada hal-hal yang benar-benar membuat dahi harus berkerut. Pikiran seperti buntu, tidak tahu di mana letak kelogisan atas peristiwa tersebut.
Apalagi ketika hubungan suami-istri terlihat sangat harmonis. Akrab. Sering jalan berdua. Dikenal-kenalkan kepada rekan bisnis dan sahabat-sahabat dekat. Bahkan ternilai oleh orang luar sebagai pasangan yang sangat serasi, bak toples yang bertemu dengan tutupnya.
Lebih tidak logis lagi jika dilihat dari sudut pandang seorang laki-laki. Sang istri adalah wanita yang lebih mudah, lebih cantik, enerjik, dan memiliki adab penuh pesona. Melayani. Tidak suka berkhianat. Manis tutur kata. Lembut akhlaknya. Dan banyak penilaian positif lainnya.
Dari sudut pandang perempuan lebih tak logis lagi. Sang laki-laki merupakan anak kebanggaan, terkenal baik dan santun, tidak suka bermasalah dengan sahabat dan rekan bisnis, sering dijumpai rajin beribadah wajib dan sunnah, dan aktif dalam banyak kegiatan sosial.
Hubungan suami-istri dengan orang tuanya pun baik. Tidak pernah ada masalah besar. Sering berkunjung dan memberi hadiah. Saling melengkapi dan berupaya untuk tidak berlaku zalim satu dengan yang lainnya.
Terhadap anak-anak pun perhatian. Baik untuk urusan pendidikan, kebutuhan sehari-hari, kasih sayang, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Namun, apa yang terlihat tidak selalu sama dengan faktanya. Penilaian orang hanya sebatas yang dilihat dan sesuai dengan pengetahuannya. Sampai kapan pun, apa yang terjadi di dalam rumah adalah misteri yang hanya diketahui oleh suami dan istri.
Sedangkan kalimat yang membuat istri benar-benar pingsan, dan ini benar-benar terjadi, adalah saat seorang suami menyampaikan pengakuan. “Mah, maaf. Papah khilaf. Papah benar-benar melakukan apa yang mereka tuduhkan. Papah selingkuh. Papah telah menggauli wanita itu.”
Allah… Lindungi keluarga kami. Aamiin.
Wallahu a’la. [Pirman/Keluargacinta]