Ghibah bukanlah dosa yang remeh. Para ulama memasukkannya dalam kategori al kabair; dosa-dosa besar. Bahkan ada yang menyebut, dosa ghibah lebih berat dari zina. Benarkah demikian?
Apa Itu Ghibah
Ghibah adalah membicarakan orang yang tidak hadir dengan sesuatu tidak ia suka. Dalam bahasa Indonesia, ghibah menjadi istilah menggunjing atau gosip.
Rasulullah menjelaskan tentang ghibah dengan sabda beliau dalam Shahih Muslim:
ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ
“Kamu mengatakan tentang saudaramu hal-hal yang tidak disukainya”
Ada sahabat yang bertanya, “bagaimana jika apa yang dikatakan itu memang fakta?” Maka beliau bersabda:
إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
“Jika apa yang kamu katakan itu ada pada saudaramu, berarti kamu telah ghibah. Dan jika apa yang kamu katakan itu tidak ada pada saudaramu, berarti itu adalah fitnah.”
Dosa Ghibah Lebih Berat dari Zina?
Salah seorang ulama yang menyebut dosa ghibah lebih berat dari zina adalah Imam Al Ghazali. Ulama bergelar hujjatul Islam itu berpegang pada sebuah hadits:
إِيَّاكُمْ وَالْغِيْبَةَ فَإِنَّ الْغِيْبَةَ أَشَدُّ مِنَ الزِّناَ إِنَّ الرَّجُلُ قَدْ يَزْنىِ وَيَتُوْبُ فَيَتُوْبُ اللهَ عَلَيْهِ وَإِنَّ صَاحِبَ الْغِيْبَةِ لَا يَغْفِرُ لَهُ حَتَّى يَغْفِرُ لَهُ صَاحِبُهُ
Jauhilah ghibah. Karena sesungguhnya ghibah itu lebih berat dari zina. Sesungguhnya seseorang yang telah berzina lalu bertaubat, niscaya Allah mengampuninya. Sedangkan pelaku ghibah, ia tidak akan diampuni hingga dimaafkan oleh orang yang ia ghibah. (HR. Thabrani dan Abud Dunya)
Para ulama ahli hadits menyatakan derajat hadits itu dhaif. Ibnu Qudamah Al Maqdisi menyatakan demikian. Bahkan Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah menyebutnya dhaif jiddan.
Namun, secara matan, bagian akhir hadits tersebut ada benarnya. Zinanya seorang jejaka dengan seorang gadis adalah dosa individu mereka berdua kepada Allah. Jika mereka bertaubat dan Allah mengampuni, dosanya selesai. Tetapi untuk ghibah, tak cukup mohon ampun kepada Allah. Harus mendapatkan maaf dari orang yang dighibah. Penjelasan detil mengenai cara taubat ini bisa dibaca di artikel Ghibah.
Imam Al Ghazali termasuk salah seorang ulama yang sangat piawai menjelaskan tentang ghibah. Dalam Ihya’ Ulumuddin, tampak uraiannya sangat bagus, contoh-contohnya mengena dan analisisnya mendalam. Dan beliau termasuk yang memperbolehkan menggunakan hadits dhaif dalam domain at tarhib wat targhib.
Baca juga: Hadits Larangan Membujang
Hadits-Hadits tentang Dosa Ghibah
Kendati hadits tersebut dhaif, ada hadits-hadits lain yang menjelaskan tentang dosa ghibah. Bahkan dalam Al Quran, Allah memfirmankan langsung ancaman-Nya.
وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ
..dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.. (QS. Al Hujurat: 12)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan, seseorang yang suka menggunjing dan mencari-cari aib seorang muslim, Allah akan membuka aibnya meskipun ia menyembunyikan aib tersebut rapat-rapat.
يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ الإِيمَانُ قَلْبَهُ لاَ تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنِ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِى بَيْتِه
“Wahai sekalian orang yang beriman dengan lidahnya sedangkan iman itu belum masuk ke dalam hatinya. Janganlah kalian suka menggunjing orang-orang muslim dan mencari-cari aib mereka. Karena siapa yang mencari-cari aib muslim, Allah akan mencari-cari aibnya. Dan siapa yang Allah cari aibnya, maka Dia akan membuka aib itu meskipun ia bersembunyi di rumahnya.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ahmad)
Bahkan ada hadits lain berderajat hasan yang menjelaskan, seseorang yang melindungi saudaranya saat dighibah, ia akan dilindungi dari api neraka.
مَنْ حَمَى مُؤْمِنًا مِنْ مُنَافِقٍ بَعَثَ اللَّهُ مَلَكًا يَحْمِى لَحْمَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ
“Sesiapa yang melindungi seorang mukmin dari (ghibahnya) orang munafik, maka Allah akan mengutus malaikat pada hari kiamat untuk melindunginya dari api neraka.” (HR. Abu Dawud)
Ada dua hal menarik pada hadit ini. Pertama, Rasulullah menyebut munafik. Mengisyaratkan bahwa ghibah itu termasuk karakter orang-orang munafik. Kedua, menghentikan ghibah memiliki pahala dan fadhilah besar.
Jadi, kalaupun dosa ghibah tidak lebih berat dari zina, ia tetap dosa besar yang harus dijauhi. Allah mengibaratkannya memakan bangkai saudara. Rasulullah menegaskan dosa dan ancamannya. Kemudian para ulama menjelaskan cara taubatnya yang tidak mudah. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/KeluargaCinta]