Inspirasi

Fenomena (Ikhwan) Menyedihkan yang ‘Mengaku’ Aktivis Da’wah

Seorang perempuan mengadu. Ia mengaku diusili oleh seorang laki-laki sebayanya. Keduanya dipertemukan dalam sebuah majlis ilmu, yang di dalamnya diharapkan hadir berjuta berkah dan kasih sayang Allah Ta’ala.

Pertemuan pertama. Malu-malu. Lalu saling kenal. Berlanjut dengan interaksi. Sering kali, mereka harus bertemu atas nama program da’wah. Karena bekerja sama dalam sebuah kegiatan. Susah untuk tak bersua.

Lambat laun, kebersamaan itu melahirkan benih-benih lain yang tak dikehendaki. Lebih bahaya dari jaelangkung yang datang tanpa jemputan dan pergi tanpa antaran. Setan menggoda keduanya. Saat salah satunya lemah, ia tergoda, kemudian berupaya menarik pihak lain untuk sama-sama terjerumus dalam lubang binasa yang tak mungkin terasa nikmat.

“Ikhwan itu menebarkan harapan palsu. Ia mulai sok akrab. Ia berkirim pesan di malam hari tanpa alasan yang jelas. Kadang, ia juga bertanya soalan pribadi.”

Demikian keluhan yang disampaikan oleh si akhwat, panggilan untuk perempuan di kalangan aktivis da’wah.

Awalnya, saya kira hanya sekali. Ternyata jumlah yang mengadu kian banyak. Bahkan modusnya lebih berbahaya. Bahaya bagi si akhwat, karena hati mereka halus; seperti kaca. Jika tak hati-hati, kaca itu bisa saja pecah seketika, kemudian berhamburan dan sukar disatukan kembali.

Bahkan nafas pun sanggup mengotori bening dan jernihnya kaca, apalagi hentakan dan pukulan yang keras?

“Ikhwan itu bertanya nama. Kemudian mengajak ta’aruf. Tapi, mengapa dia seolah memaksa untuk lekas melihat wajah saya? Dia meminta foto, padahal sehari-hari saya senantiasa mengenakan cadar.”

Aduhai… Tak habis pikir. Mengapa bisa seperti itu? Apakah si ikhwan benar-benar sudah kebelet?

Tapi, apakah ia tak belajar adab dan syariat? Bukankah melihat calon istri dibolehkan ketika ada pihak ketiga dan setelah melalui proses persetujuan kedua belah pihak?

“Saya ingin melihat wajah dulu. Baru mendatangi rumah anti untuk ta’aruf. Siapa tahu saya gak jadi setelah melihat wajah anti.” tegas si ikhwan.

Innalillahi… Apakah ujian memilih karena kecantikan sudah kian berat untuk dihindari? Bukankah soalan fisik diletakkan setelah kualitas agamanya? Tidakkah cukup kisah para artis yang nikah-cerai-nikah lagi-cerai lagi-cerai terus, padahal fisik mereka sangat layak untuk digelari cantik dan rupawan?

Kemudian kepada para akhwat itu, hanya bisa kami sampaikan satu nasihat. Bahwa Maryam binti ‘Imran yang merupakan ibunda Nabi ‘Isa ‘Alaihis salam mendapatkan penjagaan Allah Ta’ala setelah ia menjaga dirinya sendiri.

Bahwa setan memang diciptakan untuk menggoda, tetapi kita sebagai manusia juga diberi kuasa untuk menutup semua celah bagi masuknya setan yang terlaknat.

Semoga Allah Ta’ala menjaga kita dari bisikan setan yang terkutuk. Aamiin. [Mbah Pirman/Keluargacinta]

1 Comment

  • anang 15 November 2017

    ikhwan jaman now, beda banget dg jaman dulu. taaruf aja gak ada foto, cuma biodata saja jadi

Comments are closed.