Masih menjadi perbincangan yang seru tentang kriteria calon pendamping hidup. Sebab menikah dianggap hanya dan harus sekali, maka jangan sampai salah pilih.
Selain itu, menikah merupakan sebuah terminal kehidupan baru yang amat berpengaruh dalam menentukan kelangsungan kehidupan seseorang; apakah bertambah sukses, bahagia, dan aneka jenis kebaikan lain, atau sebaliknya.
Maka, kriteria pendamping hidup ini amat penting untuk diupayakan. Meski sayangnya, banyak yang salah paham dan mengada-ada.
Jika kriteria kebaikan calon pendamping hidup dirangkum dalam satu kata ‘agamanya’, maka Islam pun berwasiat agar kaum muslimin jangan memilih wanita tertentu yang akan dinikahi.
Apa saja yang termasuk dalam makna kata ‘jangan’, dan apakah alasannya?
“Jangan menikahi wanita karena kecantikannya,”
Jangan sekalipun memutuskan menikahi wanita hanya karena putih kulitnya, bening wajahnya, lurus rambutnya, bagus fisiknya, ataupun aurat lain yang terbuka secara sengaja.
Sebab, jika kita menikahi seseorang hanya karena fisiknya, kata Nabi, “Karena mungkin itu membawa fitnah bagimu.”
“Jangan menikahi wanita karena hartanya,”
Hindari pernikahan yang motivasi utamanya adalah harta. Hanya karena anak konglomerat, anda tertarik untuk mempersuntingnya. Hanya karena miliki banyak aset berupa rumah, vila, mobil, dan perhiasan mewah; kemudian anda berhasrat untuk menjadikannya sebagai pendamping hidup.
Karena, pesan Nabi, “Mungkin hal itu akan merendahkanmu.”
“Jangan menikahi wanita karena nasab mulianya,”
Nasab itu menggoda. Sebab ada imajinasi kemuliaan di dalamnya. Bukankah jika menjadi menantu seorang presiden, maka ia akan lebih disanjung dibanding hanya menantu penjual duren?
Maka, tahanlah diri jika hasrat itu makin menggebu. Sebab jika menikahi seorang wanita karena nasabnya semata, nasihat Nabi, “Mungkin itu menyebabkan kehinaanmu.”
Itulah larangan Nabi. Redaksi yang digunakan amat jelas. Sebab, orientasi fisik, harta maupun nasab, sifatnya hanya sementara.
Ketiganya akan sirna tak bermakna tanpa pemahaman agama yang bagus dan perangai yang mulia. Apalagi, harta, wajah, dan nasab; bisa sirna dalam hitungan detik atau lebih cepat lagi.
Dan, ketika sebab itu hilang, hilang pula rasa cinta; ujungnya adalah perselisihan, perceraian dan siksa jika pelakunya tidak bertaubat dan semakin terjerumus dalam godaan setan.
Maka, lanjutan sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah, al-Bazzar, al-Baihaqi, dari Abdullah bin Amr ini, “Namun, nikahilah mereka karena agamanya. Sesungguhnya budak berkulit hitam lebih baik, asal baik agamanya.” [Pirman]
25 Comments
Comments are closed.