Nasehat

Meski Sudah Berkeluarga, Jangan Pernah Lupakan Ibu

Jangan pernah lupakan ibu

Jika ada 1000 orang yang mencintaimu, akulah yang pertama.
Jika ada 100 orang yang mencintaimu, akulah yang pertama.
Jika ada 10 orang yang mencintaimu, akulah yang pertama.
Jika hanya ada 1 orang yang mencintaimu, itulah aku.
Jika tak ada seorang pun yang mencintaimu, berarti aku telah pergi selama-lamanya.

Hanya seorang ibu yang bisa dan pantas mengatakan itu. Orang yang teramat besar cintanya kepada kita. Orang yang rela mempertaruhkan nyawa untuk kita.

Ibu tetap tersenyum meskipun berat kita dikandungnya. Ibu kesakitan saat melahirkan, bahkan resikonya kehilangan nyawa, tetapi tetap bahagia menyambut kehadiran kita.

Ibu rela kehilangan waktu istirahat saat kita yang masih bayi sering menangis di malam hari. Ibu tak pernah mengeluh saat kita buang air hingga mengotori bajunya. Dalam kondisi seletih apa pun, ibu selau terbangun untuk menyusui kita.

Ibu rela menahan lapar asalkan kita kenyang. Dengan sabar mengajari kita kata demi kata. Selalu menyemangati saat kita terjatuh entah berapa ribu kali sebelum bisa berjalan dengan sempurna.

Jika ada orang yang selalu memanjatkan doa terbaik untuk kita, dia adalah ibu. Tanpa pernah jemu. Jika ada orang yang selalu berkorban untuk kita, dia adalah ibu. Tanpa ada udang di balik batu. Jika ada orang yang selalu mengkhawatirkan kita, dia adalah ibu. Dia tak rela kita terluka. Sekecil apa pun luka itu.

Bahkan ketika kita telah dewasa dan berkeluarga, episode cinta dan pengorbanan ibu tak pernah berlalu. Justru bakti kitalah yang harus ditanya, agar jangan sampai melupakannya.

Sungguh indah Allah mengajarkan. Berbakti kepada ibu tak boleh berkurang meski kita telah berkeluarga. Usia 40 tahun pun disebutkan. Sebagai pengingat, agar kita semakin cinta dan berbakti kepadanya.

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS. Al Ahqaf: 15)

Semoga Allah bimbing kita semua untuk terus berbakti kepadanya. [Muchlisin BK/KeluargaCinta]