Seorang ibu mendatangi sesosok bijak untuk mengisahkan pengalaman pahitnya. Anak gadisnya pacaran sejak beberapa tahun lalu dengan seorang lelaki yang katanya baik, menurut anak gadisnya. Berbagai cara sudah dilakukan untuk sampaikan nasihat, nyatanya si anak gadisnya malah menentang dan berdalih, “Dulu ibu setuju, kenapa sekarang melarang?!”
Padahal, aku ibu paruh baya ini, “Demi Allah, saya gak pernah mengizinkannya.” Lanjutnya sampaikan kisah, “Memang, dulu saya sangat sibuk mengupayakan nafkah. Hingga tak memperhatikan kehidupan keseharian anak saya secara intens sepanjang waktu.”
Sebagai ‘buah’ pacaran tersebut, si anak gadis itu tak jarang melakukan tindakan bodoh. Pernah di suatu hari, ia membentak saat dinasihati, “Jika Ibu hendak memisahkan kita, langkahi dulu mayatku.”
Bukan main, langit bagaikan runtuh tepat di kepala sang ibu. Apalagi, si anak melanjutkan, “Selama ini, Ibu ke mana saja?” Tuturnya deras, “Ibu gak pernah peduli denganku. Dan, pacarkulah yang senantiasa memperhatikanku siang dan malam.”
Lalu dengan bulir air mata yang terus mengalir, sang ibu menuturkan. “Memang, saya bekerja. Dan itu untuk semua anak-anak saya. Bapaknya sudah lama meninggalkan. Saya berjuang seorang diri dalam hidup yang berat dan kurun waktu yang lama.”
Lalu dalam perbincangannya dengan si pacar, si anak gadis ini tak jarang menuturkan ibunya dengan nada kebencian. Baik langsung maupun tidak. Padahal, saat ia menuturkan pacarnya di depan sang ibu, yang selalu disampaikan adalah kebaikan, pujian, sanjungan, dan kebaikan-kebaikan lainnya. Padahal, tak ada sedikit pun kebaikan dalam pacaran kecuali pelakunya bertaubat dan berniat menggantinya dengan nikah yang diberkahi.
Sebagai ‘buah’ lain dari tindakan mendekati zina ini, tak jarang si anak gadis ini menjadi sebab masalah di rumahnya. Mulai yang kecil hingga besar, dirasakan ataupun tidak. Sebab memang, kemaksiatan adalah pangkal dari segala jenis keburukan, keterjerumusan di dunia dan kesengsaraan abadi di akhirat.
“Bu,” tutur si bijak yang dimintai saran, “doakan anak ibu di setiap waktu.” Lanjutnya menguatkan, “Di setiap kelar shalat, di sepertiga malam, dan waktu-waktu mustajabah lainnya.”
“Sebab,” lanjut si bijak sampaikan pesan, “doa bisa mengubah takdir. Semoga Allah Ta’ala berikan hidayah kepada anak ibu dan kita semua. Semoga kita dimudahkan dalam taat dan dikuatkan untuk senantiasa istiqamah.”
Di akhir perbincangan, sang bijak memungkasi, “Nasihat amat penting. Tapi, pandai-pandailah mencuri waktu untuk menyampaikannya. Agar nasihat itu masuk ke dalam sanubari terdalamnya.”
Jika anak gadis anda pacaran, semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah kepadanya untuk bertaubat. Semoga Allah Ta’ala segerakan pernikahan barakahnya. Aamiin. [Pirman/Keluargacinta]