Tabiatnya, perempuan lebih banyak berkata-kata dibanding laki-laki. Seorang istri lebih banyak berkisah daripada suami. Suami lebih suka diam, tidak banyak bertutur. Pun dalam menghadapi masalah; seorang suami cenderung diam seraya menenangkan dirinya, sedangkan istri menyampaikan masalah-masalahnya sebagai bentuk pengungkapan semata, tidak selalu butuh solusi.
Maka saat istri sibuk mengatakan banyak hal, ia tak selalu butuh kiat. Kadang bahkan seringkali, mereka hanya perlu didengarkan. Mereka hanya membutuhkan tatapan sayang dan ungkapan cinta dari suaminya. Tidak lebih. Sesederhana itu.
Oleh karenanya, ketika seorang istri mulai berdiam diri bahkan menahan diri dari berkisah, seharusnya seorang suami khawatir. Saat istri bersikap seperti ini, seorang suami seharusnya peka dan meneliti lebih mendalam lagi.
Sayangnya, sedikit sekali suami yang memahami. Kaum Adam ini cenderung malas mengerahkan waktunya untuk sekadar bertanya terkait diamnya seorang istri. Jika pun ada yang bertanya, seorang suami berhenti pada kalimat pertama. Padahal, di lubuk nurani terdalam, seorang istri menginginkan suaminya melontarkan lebih banyak umpan pertanyaan.
“Sayang, kamu ada masalah?” tanya sang suami.
“Gak kok.” jawab istri. Sekenanya.
Di tahap ini, seorang suami berhenti bertanya. Padahal, di kalbu sang istri berkata, “Kok Cuma satu pertanyaan sih? Tanya lagi dong.”
Kondisi yang banyak terjadi dalam keluarga ini disebabkan kurangnya pengetahuan terkait ilmu komunikasi yang seharusnya dikuasai dan diamalkan. Banyak yang abai, padahal dampaknya amat buruk jika dibiarkan.
Saat seorang istri diam, dia pasti merasa tidak nyaman untuk bertutur. Mungkin karena sang suami ketus saat mendengarkan kisah, bisa pula karena sok tahu dan serta merta memberi solusi dengan kalimat meremehkan. “Gitu aja kok repot! Gini loh solusinya.”
Sang istri, sekali lagi, kadang bahkan seringkali tidak butuh solusi. Dia hanya ingin didengarkan dengan khusyuk. Mereka hanya ingin mengisahkan. Tidak lebih.
Jika sebab pertama ini tak segera dikelarkan, akan lahirlah dampak kedua yang amat membahayakan. Sang istri akan mencari sosok lain di luar suaminya untuk menuturkan masalahnya. Sebab bertutur itu fitrah. Mereka akan memuntahkan masalahnya kepada pihak keluarga bahkan orang lain di luar keluarga.
Semakin pelik ketika yang menjadi sandaran tempat bertutur adalah laki-laki lain. Dari sini, zina bisa bermula. Dari sini, rumah tangga Anda bisa terancam.
Maka kepada para suami, jangan remehkan hal ini. perhatikan dengan baik. Jangan cuek bahkan bangga saat istri tidak pernah mengisahkan persoalannya. Sebab di baliknya, bisa jadi ada tumpukan bahaya yang tengah menanti.
Semoga Allah Ta’ala menjaga rumah tangga kita. Aamiin.
Wallahu a’lam. [Pirman/keluargacinta]