Nikah merupakan salah satu bagian dari rezeki. Karenanya, dengan siapa akan menikah, kapan, bagaimana, dan semua hal yang berkaitan dengan pernikahan seorang hamba sudah tertulis dengan sangat rapi di Lauhul Mahfuzh. Sebab itu, seorang Muslim yang mukmin harus meyakininya dengan benar, lalu bergegas melakukan sebaik-baik ikhtiar untuk menjemput jodoh yang memang sudah digariskan oleh Allah Ta’ala.
Sayangnya, banyak kaum Muslimin yang justru melakukan kekeliruan dalam menjemput jodoh. Lebih parah lagi, kekeliruan ini semakin banyak dan dianggap umum oleh banyak kalangan. Padahal, kekeliruan yang dilakukan sebelum menikah sangat berpengaruh terhadap bahagia dan berkahnya rumah tangga yang dijalani oleh seseorang.
Berikut ini 6 kesalahan pranikah yang kerap terjadi di masyarakat. Hendaknya kita berupaya sekuat kemampuan agar kesalahan ini tidak menimpa diri dan keluarga kita.
Pertama, banyak kaum Muslimin yang belum memahami tujuan menikah. Menikah hanya dianggap fase kehidupan biasa, layaknya hidup dan mati. Sehingga tidak ada persiapan. Asal menikah. Bahkan banyak yang menikah karena ‘kecelakaan’.
Kedua, orientasi berlebihan dengan fisik. Mencintai kecantikan atau ketampanan itu dibolehkan. Sayangnya, hal yang hanya dibolehkan ini dijadikan hal utama dan pertama sehingga mengabaikan bahkan melupakan kriteria lain. Karena terpesona fisik, seorang calon suami atau istri lupa meneliti agama, akhlak, keluarga, dan lingkungan calon pasangannya.
Ketiga, sudah mencicipi sebelum ‘beli’. Kesalahan ini sudah mafhum terjadi di sebagian besar masyarakat kita. Sebelum menikah sudah biasa jalan berdua, berboncengan tanpa jarak, keluar untuk makan, dan sebagainya. Bukan hanya bersentuhan tangan untuk salaman, bahkan sudah ada yang berciuman dan lebih dari itu. Astaghfirullah. Na’udzubillah.
Keempat, terlalu lama menjalin hubungan. Kesalahan keempat ini merupakan awalan dari kesalahan ketiga. Terlalu lama berinteraksi secara berlebihan. Ngobrol sepanjang hari sampai malam melalui perangkat teknologi, saling melaporkan kegiatan satu sama lain, dan sebagainya.
Kelima, menuntut mahar yang mahal. Meski dibolehkan, tindakan ini bertolak belakang dengan kualitas si calon istri. Persis seperti barang ‘bekas’-karena sudah dicoba-yang dijual dengan harga setinggi langit. Sungguh miris.
Keenam, sibuk memikirkan kemewahan resepsi. Kesalahan keenam ini merupakan salah satu sebab lamanya pernikahan, meski sudah berhubungan sekian tahun lamanya. Karena sibuk dengan gengsi, memikirkan kemewahan, dan tindakan-tindakan tidak penting lainnya.
Semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita, anak-anak, dan kaum Muslimin dari kekeliruan ini. Aamiin.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]
Rujukan: Mutiara Hikmah Facebook 1, KH Muhammad Arifin Ilham.